Data terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di Amerika Serikat tetap stabil pada tahun 2024, dengan kenaikan sebesar 1% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah kelahiran mencapai 3.622.673 pada tahun lalu, meskipun tren jangka panjang menunjukkan penurunan rata-rata sekitar 2% per tahun antara 2015 dan 2020.
Tingkat kesuburan, yang diukur dari wanita berusia 15 hingga 44 tahun, menunjukkan bahwa meskipun ada sedikit kenaikan, angka tersebut tetap berada di dekat rekor terendah. Data CDC mencatat bahwa tingkat kelahiran tersebut adalah 54,6 kelahiran per 1.000 wanita, naik 0,2% dibandingkan tahun 2023. Brady Hamilton, penulis utama laporan tersebut, menyatakan bahwa data ini menunjukkan kelanjutan tren penurunan kelahiran di kalangan remaja dan tren kenaikan di kalangan wanita yang lebih tua selama beberapa dekade terakhir.
Banyak sosiolog menilai bahwa trend ini lebih mencerminkan keputusan wanita untuk menunda kelahiran anak di usia 20-an sehingga memilih untuk memiliki anak di usia 30-an atau 40-an. Kenaikan kelahiran tahun lalu terlihat pada wanita berusia 25 hingga 44 tahun, sementara jumlah kelahiran pada remaja dan wanita di bawah 25 tahun mengalami penurunan. Karen Benjamin Guzzo, direktur Carolina Population Center di University of North Carolina, menegaskan bahwa bukan berarti orang-orang memutuskan untuk tidak memiliki anak, tetapi mereka lebih mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan tersebut.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan, antara lain:
1. Kesiapan pasangan: Banyak yang bertanya-tanya apakah mereka memiliki pasangan yang tepat untuk membesarkan anak.
2. Stabilitas pekerjaan: Rasa ketidakpastian dalam pekerjaan dapat mempengaruhi keputusan untuk memiliki anak.
3. Biaya pengasuhan: Orang tua seringkali mempertimbangkan dampak finansial dari menambah satu anak lagi.
Data terakhir juga menunjukkan bahwa rata-rata wanita pada tahun 2024 memiliki satu hingga dua anak, jauh lebih rendah dibandingkan dengan lebih dari tiga anak pada tahun 1960. Tren penurunan tingkat kesuburan di AS telah ada sejak 2007 dan diperkirakan akan berlanjut, meskipun ada kenaikan nominal tahun lalu.
Ekonomi yang secara umum telah membaik pasca resesi “Great Recession” masih dirasa tidak cukup memadai bagi banyak orang untuk merasa lebih stabil dalam kondisi keuangan mereka. Sarah Hayford, direktur Institute for Population Research di Ohio State University, mencatat bahwa tantangan di pasar perumahan juga menjadi hambatan bagi para pasangan yang ingin memiliki anak.
Sementara itu, pemerintahan Trump terus berusaha merespons situasi ini dengan mengusulkan tindakan untuk meningkatkan angka kelahiran. Beberapa inisiatif, termasuk bonus tunai sebesar $5.000 untuk ibu setelah melahirkan, muncul sebagai langkah untuk mendorong kelahiran. Namun, sosiolog mencatat bahwa insentif semacam itu mungkin tidak cukup untuk membalikkan penurunan angka kelahiran yang telah terjadi.
Dalam pandangan sosiolog, tingginya angka kelahiran remaja bukanlah hal yang negatif. Menurut Guzzo, tren ini menunjukkan bahwa banyak orang kini lebih mampu menunda kehadiran anak hingga waktu yang dianggap lebih tepat bagi mereka. Hal ini juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya kondisi ekonomi dan kesiapan mental sebelum memasuki fase baru dalam hidup sebagai orang tua. Dengan demikian, meskipun stabilitas angka kelahiran patut dicatat, tantangan tetap ada dalam memahami dan mendukung keputusan generasi muda untuk membangun keluarga.