Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia menunjukkan minat tinggi terhadap kendaraan elektrifikasi, khususnya mobil hybrid. Berdasarkan survei yang berjudul “Unveiling Electric Vehicle: Trends and Audience Preferences” yang dilakukan oleh Toyota Motor Manufacturing Indonesia dan Kumparan, hasil menunjukkan bahwa Hybrid Electric Vehicle (HEV) menjadi pilihan utama dibandingkan dengan Battery Electric Vehicle (BEV) dan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV).
Survei yang melibatkan 575 responden ini menunjukkan bahwa 91% peserta mengekspresikan ketertarikan untuk membeli mobil hybrid jika banderolnya di bawah Rp 300 juta. Hal ini menunjukkan optimisme masyarakat bahwa harga kendaraan elektrifikasi akan semakin terjangkau dalam waktu dekat. "Kami melihat antusiasme yang besar terhadap kendaraan hybrid, terutama dengan berbagai kemudahan yang ditawarkannya di tengah keterbatasan infrastruktur pengisian daya yang masih ada," ucap salah seorang perwakilan dari Toyota.
Mengapa HEV lebih diminati? Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat Indonesia:
-
Efisiensi Bahan Bakar: Kendaraan hybrid menawarkan kombinasi efisiensi bahan bakar yang lebih baik dan pengurangan emisi, sehingga menjadikannya pilihan yang menarik.
-
Popularitas Teknologi: Sebanyak 79% responden mengaku sudah mengenal teknologi HEV, menjadikannya solusi yang paling dikenal dalam transisi menuju elektrifikasi.
-
Kekhawatiran Infrastuktur: Banyak masyarakat yang masih meragukan infrastruktur pendukung untuk kendaraan listrik. Dengan mobil hybrid, pengguna tidak terlalu bergantung pada stasiun pengisian daya, yang masih terbatas di berbagai wilayah.
- Variasi Kebutuhan: Responden menginginkan alternatif teknologi yang lebih beragam untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa satu jenis kendaraan tidak lagi dianggap cukup.
Walaupun minat masyarakat terhadap kendaraan listrik terus meningkat, namun tetap ada tantangan yang dihadapi dalam proses adopsi. Beberapa di antaranya termasuk jarak tempuh yang terbatas, isu terkait usia baterai dan biaya penggantian, serta waktu pengisian daya yang dirasa terlalu lama. Masyarakat juga menilai bahwa biaya perawatan kendaraan menjadi perhatian tersendiri.
Sementara itu, Battery Electric Vehicle (BEV) dipandang sebagai solusi masa depan, karena menawarkan emisi nol selama penggunaan. Namun, hambatan berupa infrastruktur pengisian daya yang kurang memadai dan biaya awal yang tinggi masih menjadi tantangan untuk meningkatkan adopsi BEV di kalangan masyarakat.
Dari hasil survei, mayoritas responden berada pada rentang pendapatan rumah tangga Rp 15-20 juta per bulan, dengan proporsi gender yang hampir seimbang, yaitu 51% laki-laki dan 49% perempuan. Ini menunjukkan bahwa segmen pasar untuk kendaraan elektrifikasi cukup beragam dan memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa depan.
Ke depan, masyarakat Indonesia berharap dapat melihat lebih banyak pilihan dalam teknologi kendaraan, termasuk Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) serta kendaraan berbasis bahan bakar fosil rendah emisi lainnya. Pengembangan teknologi dan infrastruktur ini diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam mencapai target pengurangan emisi nasional. Dengan demikian, mobil hybrid tidak hanya menjadi pilihan yang diminati saat ini, tetapi juga dapat menjadi jembatan menuju masyarakat yang lebih ramah lingkungan.