Pengusaha Ungkap Dampak dan Peluang RI dari Krisis Otomotif Thailand

Krisis industri otomotif yang melanda Thailand saat ini tidak hanya berdampak pada negara tersebut, tetapi juga membuka peluang baru bagi Indonesia dalam sektor otomotif. Menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), krisis di Thailand telah menyebabkan penjualan mobil domestik turun drastis hingga mencapai 572.675 unit pada tahun 2024, atau turun 26% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini bahkan menjadi yang terendah dalam 15 tahun terakhir.

Menanggapi situasi ini, PT Toyota Astra Motor (TAM) menyatakan bahwa mereka tidak secara langsung terdampak oleh krisis otomotif tersebut. Marketing Director Toyota Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy, menjelaskan bahwa sekitar 90% kendaraan yang dijual Toyota di Indonesia merupakan produk lokal. Meskipun mereka mengimpor mobil dari Thailand, pasokan dari negara lain seperti Jepang juga membantu memenuhi permintaan pelanggan. “Kami akan memprioritaskan model-model produksi lokal yang berkontribusi besar terhadap penjualan,” kata Anton.

Pangsa pasar Indonesia sepertinya menjadi lebih strategis di kawasan ASEAN. Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menilai bahwa krisis yang dialami Thailand bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk menggenjot penjualan kendaraan. Kukuh menyatakan, “Ke depan, industri otomotif ya di Indonesia. Kita masih menduduki posisi nomor satu di ASEAN.”

Dalam situasi ini, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi basis produksi otomotif di kawasan ASEAN. Beberapa faktor mendukung pernyataan ini:

  1. Sumber Daya Manusia Potensial: Ketersediaan tenaga kerja yang terampil di Indonesia menjadi salah satu keunggulan dalam menarik minat produsen otomotif untuk berinvestasi.

  2. Opsi Kerjasama dengan Perusahaan Manufaktur: Produsen otomotif memiliki kesempatan untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan manufaktur lokal sebelum memutuskan untuk membangun pabrik sendiri. Hal ini dapat mempercepat proses masuknya investasi ke Indonesia.

  3. Kemandirian Produksi: Dengan 90% bisnis Toyota didukung oleh produksi lokal, fase transisi menuju basis produksi otomotif dapat berlangsung dengan lebih lancar tanpa tergantung pada satu sumber pasokan.

Kendati demikian, Gaikindo mencatat penurunan dalam produksi mobil domestik Indonesia sebesar 14,3% pada tahun 2024, yang turun menjadi 1,19 juta unit dari 1,39 juta unit. Penurunan ini menjadi tantangan tersendiri, namun Kukuh optimis bahwa jika pengusaha dapat memanfaatkan momentum ini, pasar otomotif Indonesia dapat bangkit kembali.

Sementara itu, kondisi di Thailand semakin tidak menguntungkan. Juru Bicara Asosiasi Industri Otomotif Thailand, Surapong Paisitpattanapong, mengungkapkan bahwa salah satu penyebab penurunan pasar adalah tingginya tingkat penolakan pinjaman mobil oleh lembaga pembiayaan. Total produksi mobil di Thailand juga terpangkas 20% menjadi 1,47 juta unit pada tahun 2024, meskipun tetap lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Dengan semua dinamika ini, Indonesia memiliki peluang yang signifikan untuk memperkuat posisinya sebagai pusat industri otomotif di Asia Tenggara. Dalam konteks ini, kolaborasi antara pemerintah dan industri menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi yang ada dan menanggapi tantangan yang dihadapi.

Kondisi yang terjadi saat ini mengingatkan kita akan pentingnya adaptasi dan inovasi dalam menghadapi perubahan pasar yang cepat, terutama dalam industri yang sangat kompetitif seperti otomotif.

Exit mobile version