Infestasi tikus di berbagai kota di dunia, terutama di Washington, mengalami lonjakan yang signifikan. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa suhu yang lebih hangat, urbanisasi, dan tindakan manusia lainnya berkontribusi terhadap fenomena ini. Penelitian ini merupakan yang pertama dari jenisnya dan dilakukan dengan menganalisis laporan pengamatan tikus di 16 kota di seluruh dunia. Hasil analisis menunjukkan bahwa di 11 kota, keluhan terkait tikus meningkat, seperti yang dilaporkan dalam jurnal Science Advances.
Washington menjadi kota teratas dalam lonjakan jumlah keluhan mengenai tikus, diikuti oleh San Francisco, Toronto, New York City, dan Amsterdam. Trend pengaduan di Washington tercatat tiga kali lebih tinggi dibanding Boston dan 50% lebih tinggi dibanding New York. Walaupun pejabat setempat tidak memberikan komentar, kehadiran tikus yang meningkat di kota tersebut telah menjadi perhatian.
Namun, terdapat tiga kota yang menunjukkan tren penurunan signifikan dalam pengaduan tikus, yaitu New Orleans, Louisville, dan Tokyo. New Orleans, sebagai kota yang dikenal dengan perayaan Mardi Gras, tampaknya memiliki strategi yang efektif untuk mengatasi masalah tikus dan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain.
Peneliti melakukan analisis statistik dan menemukan bahwa sekitar 40% dari tren yang terlihat disebabkan oleh suhu yang lebih hangat akibat pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam. Temperatuur yang lebih tinggi memungkinkan tikus untuk bergerak lebih lama dan menghasilkan lebih banyak keturunan. Jonathan Richardson, penulis utama penelitian dan seorang biolog di Universitas Richmond, menjelaskan bahwa “Satu bulan yang lebih hangat dapat mengubah segalanya, karena betina tikus dapat melahirkan setiap bulan dengan jumlah antara delapan hingga 16 bayi.” Hal ini menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan populasi tikus yang lebih cepat.
Ada beberapa faktor lain yang terkait dengan peningkatan jumlah pengaduan tikus ini, antara lain:
-
Urbanisasi: Perkembangan kota yang padat membuat tikus lebih nyaman karena kedekatan mereka dengan sumber makanan dan tempat tinggal manusia.
-
Kepadatan Penduduk: Semakin banyak orang berkumpul dalam satu area, semakin banyak limbah yang dihasilkan, menjadi sumber makanan bagi tikus.
- Adaptasi Terhadap Lingkungan: Tikus merupakan mamalia yang sangat beradaptasi dengan lingkungan urban, termasuk kemampuan mereka untuk hidup berdampingan dengan manusia.
Meskipun tikus dikenal sebagai hewan yang cerdas dan adaptif, mereka juga membawa masalah serius bagi kesehatan manusia. Michael Parsons, seorang ahli tikus di Houston, mengingatkan bahwa “Populasi rodensia yang tinggi dapat menyebabkan penyakit, kerusakan kendaraan, serta menurunkan kesehatan mental masyarakat.” Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran tikus bukan hanya masalah estetika, tetapi juga berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat.
Menghadapi masalah ini, beberapa kota mulai menerapkan strategi baru yang lebih menekankan pada pencegahan daripada penggunaan racun atau perangkap. Misalnya, New Orleans melakukan kampanye edukasi untuk memberi tahu penduduk tentang cara mengurangi kemungkinan timbulnya tikus. Sementara itu, kota New York juga menerapkan langkah-langkah baru untuk membantu mengendalikan populasi tikus dengan mengganti tempat sampah di jalanan menjadi wadah yang lebih aman.
Meskipun ada upaya-upaya baru ini, tantangan tetap ada. Kaylee Byers dari Simon Fraser University mengingatkan bahwa dengan urbanisasi dan perubahan iklim yang terus berlangsung, tikus akan semakin mendapat banyak sumber daya. Oleh karena itu, meskipun pengendalian populasi tikus adalah hal yang mungkin dilakukan, kesadaran akan keberadaan mereka dalam ekosistem perkotaan menjadi penting.