Penggunaan alat pengubah teks berbasis kecerdasan buatan (AI Humanizers) semakin marak seiring pesatnya perkembangan teknologi AI. Beberapa alat tersebut dirancang untuk memodifikasi konten yang dihasilkan oleh AI sehingga tidak terdeteksi sebagai tulisan buatan mesin. Namun, apakah alat ini benar-benar efektif? Sebuah percobaan yang dilakukan oleh tim peneliti dari SlashGear mengungkap berbagai temuan menarik tentang kemampuan AI Humanizers.
AI Humanizers bekerja dengan cara mengubah teks yang dihasilkan oleh AI menjadi tampak lebih alami. Alat ini berfungsi untuk mengganti kata-kata umum dengan yang lebih jarang digunakan, memparafrase kalimat, serta memvariasikan nada dan panjang kalimat. Namun, hasilnya sangat bervariasi tergantung pada algoritma masing-masing alat, yang berarti tidak semua humanizer menghasilkan tulisan yang terdengar seperti karya manusia.
Dalam pengujian yang dilakukan, para peneliti mencoba sepuluh AI Humanizers, termasuk Quillbot, Smodin, dan Undetectable AI. Hasil yang diperoleh sangat beragam. Beberapa teks yang telah dimodifikasi oleh alat pengubah bahkan tidak dapat mengalihkan deteksi dari alat mereka sendiri. Misalnya, Smodin memberi skor 0% untuk teks yang telah “dihumanisasi”, sedangkan Quillbot justru menganggapnya 100% tulisan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa skor deteksi tidak konsisten antar alat yang berbeda.
Berbagai temuan lainnya menunjukkan bahwa meskipun beberapa alat pengubah dapat mengelabui deteksi, kualitas bacaanya sering kali masih terdengar kaku atau bahkan tidak terbaca. Misalnya, teks dari Undetectable AI mencakup kalimat aneh seperti, "LinkedIn Premium adalah langganan tampilan profil yang meningkatkan LinkedIn Learning," yang menunjukkan bahwa meskipun lulus deteksi, isi naskahnya tetap tidak memuaskan.
Berikut adalah beberapa temuan dari pengujian alat AI Humanizer:
- Hasil yang Beragam: Tidak semua alat menghasilkan teks yang terlihat seperti ditulis manusia.
- Ketidakakuratan dari Deteksi: Beberapa teks yang dimodifikasi bahkan tidak lulus penilaian oleh pengdeteksi mereka sendiri.
- Pembacaan yang Buruk: Banyak hasil yang akhirnya menjelma menjadi kalimat yang tidak logis atau sulit dipahami.
- Keterbatasan dalam perubahan makna: Beberapa humanizer tampaknya hanya mengganti kata tanpa mempertimbangkan konteks secara keseluruhan.
- Kualitas Teks: Meski bisa lulus deteksi, jumlah alat masih menghasilkan teks yang terkesan "robotik".
Walaupun ada beberapa alat yang menunjukkan hasil memuaskan di antaranya seperti Surfer SEO dan AI Text Humanizer, teks yang dihasilkan tetap dianggap membosankan. Penulis asli, yang terlibat dalam pengujian ini, mencatat bahwa meskipun AI Humanizers melakukan sesuatu, hasil mereka sering kali tidak memenuhi harapan dalam hal kualitas dan keterbacaan.
Kesimpulannya, meskipun AI Humanizers menunjukkan kemampuan dalam mengubah teks buatan AI agar tampak lebih manusiawi, efektivitasnya masih dipertanyakan. Para pengguna diingatkan bahwa meskipun menggunakan alat ini dapat menghemat waktu, tetap diperlukan keterlibatan manusia untuk memastikan bahwa hasilnya bukan hanya bebas dari deteksi, tetapi juga berkualitas dan koheren. Munculnya alat-alat ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang masa depan penulisan kreatif dan bagaimana teknologi dapat berkolaborasi dengan penulis manusia.