TikTok di Amerika Terancam Diblokir 19 Januari, Cina Usul Jual ke Musk

Pemerintah Cina sedang mempertimbangkan langkah signifikan terkait TikTok di Amerika Serikat, dengan kemungkinan menjual bisnis aplikasi tersebut kepada Elon Musk. Situasi ini muncul setelah otoritas AS memberikan ultimatum kepada induk usaha TikTok, ByteDance, untuk melakukan penjualan sebelum tenggat waktu 19 Januari mendatang, atau menghadapi risiko pemblokiran. Informasi ini bersumber dari laporan yang diterbitkan oleh Bloomberg pada Rabu, 15 Januari.

Pemerintah Cina dilaporkan telah membahas rencana kontingensi untuk TikTok dalam upaya menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintahan Donald Trump. Salah satu opsi yang sedang dikaji adalah mendorong Elon Musk untuk mengambil alih operasional TikTok di Amerika dan menjalankan bisnis secara kolaboratif. Menariknya, Elon Musk bukan hanya orang terkaya di dunia, tetapi juga dikenal sebagai pendukung Donald Trump, dengan menghabiskan lebih dari US$ 250 juta untuk kampanye Trump.

Elon Musk, yang saat ini juga memimpin perusahaan xAI yang berfokus pada kecerdasan buatan, menyatakan bahwa keberadaan TikTok di Amerika sangat penting. Ia mencuit di platform X, menyampaikan bahwa TikTok seharusnya tidak dilarang karena hal tersebut akan bertentangan dengan prinsip kebebasan berbicara dan berekspresi. “Pemblokiran akan bertentangan dengan kebebasan berbicara dan berekspresi. Itu bukan yang diperjuangkan Amerika,” ungkapnya dalam pernyataannya.

Dengan lebih dari 170 juta pengguna aktif di Amerika, TikTok menjadi aset berharga yang bisa membantu Musk untuk menarik pengiklan ke platform X. Selain itu, data yang dihasilkan oleh TikTok juga berpotensi akan memberikan keuntungan bagi pengembangan teknologi kecerdasan buatan yang dihadirkan oleh Musk.

Namun, pembicaraan antara pejabat Cina dan pihak terkait mengenai kemungkinan penjualan belum mencapai kesepakatan yang konkret. Diskusi ini masih dalam tahap awal, dan terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi, termasuk kerumitan negosiasi terkait tarif bea masuk dan kontrol ekspor. Pejabat Cina menyadari bahwa nasib TikTok mungkin berada di luar kendali penuh ByteDance, yang sebelumnya menginginkan agar aplikasi tersebut tetap di bawah kepemilikannya.

Pemerintah Cina sempat mengajukan banding ke Mahkamah Agung Amerika Serikat untuk memperjuangkan posisi TikTok. Namun, hakim-hakim di mahkamah tersebut menunjukkan bahwa mereka cenderung mendukung penerapan hukum yang memungkinkan TikTok untuk diblokir jika tidak ada kesepakatan penjualan yang dicapai sebelum tenggat waktu 19 Januari.

TikTok telah menjadi subjek perhatian utama dalam perdebatan yang lebih luas mengenai privasi data pengguna, keamanan nasional, dan kebebasan berinternet. Perkembangan ini menunjukkan bahwa keputusan terkait masa depan TikTok di Amerika tidak hanya melibatkan aspek ekonomi semata, tetapi juga geopolitik yang lebih kompleks. Dengan semakin mendesaknya keputusan, semua mata kini tertuju pada langkah-langkah yang akan diambil oleh pihak-pihak berkepentingan menjelang batas waktu yang semakin mendekat.

Exit mobile version