210 Juta Orang Kecanduan Media Sosial: Dampak yang Mengkhawatirkan!

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa sekitar 210 juta orang di seluruh dunia mengalami kecanduan media sosial. Penemuan ini menggarisbawahi dampak signifikan yang ditimbulkan oleh platform-platform digital terhadap kehidupan sehari-hari pengguna. Kecanduan ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental pengguna, tetapi juga berdampak negatif pada keseharian mereka, seperti gangguan tidur, pengabaian tanggung jawab, dan hilangnya hobi.

Menurut laporan yang dilansir oleh The New York Post, banyak pengguna yang terjebak dalam rutinitas pemeriksaan media sosial yang berlebihan. Beberapa dari mereka mengaku bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa aplikasi berbagi video pendek seperti TikTok, menjadikan platform tersebut sebagai bagian integral dari kehidupan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial telah menjelma menjadi elemen penting dalam aspek sosial dan emosional banyak orang, yang bisa mengarah pada perilaku kompulsif.

Erin Calipari, Direktur Pusat Penelitian Kecanduan Vanderbilt, menjelaskan bahwa banyak aplikasi dirancang dengan memanfaatkan pengetahuan psikologi untuk meningkatkan keterlibatan pengguna. “Aplikasi-aplikasi ini mengaktifkan sistem di otak yang mendorong kita untuk melakukannya berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan,” ujarnya. Ini berarti bahwa selama proses penggunaan, pengguna sering kali tidak menyadari dampak negatif yang bisa ditimbulkan.

Dari hasil survei, sebagian besar pengguna merasa terdorong untuk terus memeriksa jumlah ‘suka’ dan tampilan pada setiap postingan mereka. Mereka secara kompulsif menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar, tanpa menyadari tanggung jawab lain yang tertinggal. Kondisi ini menciptakan siklus dimana mereka tidak hanya kehilangan waktu, tetapi juga mengabaikan interaksi sosial di dunia nyata.

Para ahli menyarankan beberapa langkah untuk menghindari kecanduan media sosial, antara lain:

1. Menetapkan tujuan menggunakan media sosial. Ini bisa berupa batasan waktu harian atau tujuan spesifik sejenis.
2. Mengidentifikasi pemicu yang mendorong penggunaan berlebihan. Misalnya, apakah pengguna membuka aplikasi saat merasa bosan atau stres.
3. Mengalihkan perhatian dengan kegiatan lain, seperti olahraga atau hobi, untuk mengisi waktu yang biasanya dihabiskan di media sosial.
4. Meningkatkan kesadaran diri terkait waktu yang dihabiskan di platform tersebut.
5. Melibatkan keluarga atau teman dalam upaya untuk mengurangi penggunaan media sosial, sehingga ada dukungan eksternal.

Kia-Rai Prewitt, Direktur Psikologi Rawat Jalan di Klinik Cleveland, menggarisbawahi pentingnya menetapkan target spesifik dalam penggunaan ponsel. “Menetapkan tujuan spesifik tentang seberapa sering Anda ingin menggunakan ponsel adalah hal yang penting,” katanya. Hal ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kapan dan bagaimana penggunaan media sosial seharusnya dilakukan.

Kecanduan media sosial adalah fenomena yang berkembang pesat di era digital ini, dan dengan meningkatnya pengguna internet, masalah ini diperkirakan akan terus bertambah. Kesadaran dan tindakan proaktif dari individu serta dukungan masyarakat menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini, sehingga keseimbangan antara penggunaan media sosial dan kehidupan sehari-hari dapat terjaga dengan baik.

Exit mobile version