Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, meresmikan Monumen Keris Aria Wiraraja pada Jumat (31/1) di Desa Sendang, Kabupaten Sumenep, Madura. Peresmian ini tidak hanya menjadi momen bersejarah bagi masyarakat Sumenep, tetapi juga menegaskan ambisi daerah tersebut untuk diakui sebagai Ibu Kota Keris Dunia. Monumen yang berdiri setinggi 17 meter dan dihiasi 45 kelopak bunga ini melambangkan kemerdekaan Indonesia serta komitmen Sumenep dalam melestarikan dan memajukan budaya keris.
Fadli Zon bersama Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, mengungkapkan bahwa Monumen Keris merupakan simbol identitas dan kebanggaan masyarakat. "Monumen ini mewakili pengakuan dan pelestarian warisan budaya bagi masyarakat," ungkap Fadli. Monumen tersebut dinamai berdasarkan Aria Wiraraja, seorang tokoh penting pada era Kerajaan Singosari, yang juga merupakan representasi kekuatan budaya Madura.
Sebagai bagian dari ekosistem perkerisan yang kuat, sebanyak 600 empu di Sumenep aktif menciptakan lebih dari 2.000 keris setiap bulan, yang telah dikenal tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Dengan adanya pengakuan UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tahun 2005, keris semakin mengukuhkan posisi Sumenep sebagai pusat perkerisan yang penting. “Sangat layak jika Sumenep diakui sebagai Ibu Kota Keris Dunia,” tegas Fadli.
Berikut beberapa poin penting terkait peresmian Monumen Keris dan kontribusinya terhadap identitas Sumenep:
-
Kolaborasi Lintas Sektor: Monumen dibangun melalui kerjasama berbagai pemangku kepentingan, termasuk BUMN dan BUMD, tanpa mengandalkan dana APBD. Hal ini menjadi contoh nyata implementasi pemajuan kebudayaan yang berbasis potensi ekonomi.
-
Rekor MURI: Monumen Keris Aria Wiraraja dicatatkan dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai keris tertinggi di Indonesia, meningkatkan daya tarik wisata dan kesadaran masyarakat akan pentingnya perkerisan.
-
Pendidikan dan Penghargaan: Dalam kesempatan itu, Fadli meresmikan Yayasan Helmi Art Museum dan Besalen Santoso Sera, yang berfungsi sebagai ruang edukasi tentang keris. Fadli juga menyerahkan sejumlah sertifikat pengakuan kepada Polres Sumenep dan pengrajin, yang membantu memperkuat kompetensi dan eksistensi keris di masyarakat.
-
Akulturasi Budaya: Sumenep telah mengembangkan keris dengan pengaruh dari budaya luar, termasuk Turki, yang memperkaya kreativitas dan keunikan setiap keris yang dihasilkan.
- Pelembagaan Ekonomi Budaya: Fadli berharap inisiatif penguatan budaya ini dapat direplikasi oleh daerah lain, menjadikan kebudayaan sebagai pilar pembangunan dan aset yang memiliki potensi ekonomi besar.
Monumen dan yayasan ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem budaya Sumenep dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nilai warisan budaya. Dengan dukungan penuh pemerintah dan masyarakat, Sumenep berpotensi untuk semakin dikenal sebagai pusat keris dunia, sekaligus menjaga warisan budaya yang telah ada selama ratusan tahun.