Jakarta – Kejaksaan Agung (Kejagung) baru-baru ini mengungkap kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina (Persero) untuk periode 2018 hingga 2023. Dalam perkembangan kasus ini, istilah RON menjadi salah satu fokus perhatian, terutama yang berhubungan dengan benzina yang dibeli oleh perusahaan tersebut.
RON, atau Research Octane Number, adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan bahan bakar dalam menghasilkan stabilitas pembakaran di dalam mesin kendaraan. Semakin tinggi angka RON, semakin baik kualitas bahan bakar dalam mencegah detonasi atau ‘knocking’ saat mesin beroperasi. Namun, tidak semua mesin kendaraan dapat merespons dengan baik bila menggunakan BBM dengan tingkat RON yang lebih tinggi.
Ada beberapa kategori RON yang umum digunakan di Indonesia. Berikut adalah lima jenis level RON beserta deskripsi singkatnya:
-
RON 88: Nilai oktan terendah yang cocok digunakan pada kendaraan dengan rasio kompresi mesin 9:1. Jenis ini umumnya digunakan oleh kendaraan yang lebih tua dan tidak memerlukan kinerja mesin yang tinggi.
-
RON 90: Jenis oktan ini paling banyak digunakan di Indonesia. RON 90 cocok untuk kendaraan dengan rasio kompresi mesin 10:1. Banyak mobil rendah hingga menengah menggunakan jenis ini.
-
RON 92: Cocok untuk kendaraan berteknologi Electronics Fuel Injection (EFI) dan mesin dengan rasio kompresi antara 10:1 hingga 11:1. Jenis ini memberikan performa yang lebih baik dibandingkan RON 90.
-
RON 98: Merupakan nilai oktan tertinggi yang tersedia untuk kendaraan di Indonesia. RON 98 biasanya digunakan untuk mobil sport atau kendaraan premium dengan rasio kompresi antara 11:1 hingga 13:1, memberikan performa optimal.
- RON 100: Jenis tertinggi yang ditujukan untuk mobil balap dengan kompresi mesin di atas 13:1. Penggunaan RON 100 sangat spesifik dan tidak umum untuk penggunaan sehari-hari.
Ketidaksesuaian antara RON dan rasio kompresi mesin dapat mengakibatkan penumpukan kerak dan residu, sehingga memperpendek umur kendaraan, khususnya pada komponen seperti busi. Oleh karena itu, penting bagi pemilik kendaraan untuk memilih bahan bakar yang tepat sesuai dengan spesifikasi mesin mereka agar kinerja kendaraan tetap optimal.
Baru baru ini, kasus yang melibatkan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, mencuat ke publik. Ia ditetapkan sebagai tersangka karena diduga membeli Pertalite (RON 90) dan melakukan pengoplosan dengan Pertamax (RON 92). Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejagung, Abdul Qohar, menjelaskan modus operandi ini, yang melibatkan penukaran dan pencampuran jenis BBM yang berbeda, berpotensi merugikan negara dan konsumen.
Kasus ini pun mengingatkan pentingnya memahami RON dan memilih bahan bakar yang sesuai untuk menjaga performa mesin kendaraan. Masyarakat diharapkan lebih cerdas dalam memilih jenis bahan bakar agar mendapatkan hasil maksimal di jalan dan menghindari masalah teknis yang mungkin timbul akibat pemilihan bahan bakar yang tidak tepat.