Produksi Mobil RI Loyo, Imbasnya Impor Justru Melonjak Awal 2025

Capaian produksi mobil di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan pada bulan Januari 2025, sementara angka impor mobil justru mencatatkan pertumbuhan yang mencolok. Menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), produksi mobil dalam negeri tercatat sebanyak 92.792 unit, turun 12,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 106.224 unit.

Dalam detailnya, beberapa produsen mobil ternama di Indonesia mengalami penurunan produksi. Toyota, sebagai salah satu pemain terbesar, mencatatkan produksi sebanyak 45.357 unit, hanya turun tipis sebesar 0,1% dibandingkan Januari 2024. Pabrik Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, menunjukkan kinerja yang relatif stabil.

Namun, di sisi lain, Mitsubishi Motors mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan produksi sebanyak 11.250 unit, terjun bebas 22,8% dibandingkan dengan 14.569 unit pada Januari 2024. Daihatsu juga tidak luput dari dampak penurunan ini, dengan hanya memproduksi 9.983 unit, turun 30,6% YoY. Produsen lainnya seperti Honda dan Suzuki juga mencatatkan produksi yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu, masing-masing sebanyak 6.075 unit (turun 27,8%) dan 5.749 unit.

Sementara itu, pada saat yang sama, angka impor mobil utuh (completely built up/CBU) justru menunjukkan tren yang berlawanan. Capaian impor mobil pada bulan Januari 2025 mencapai 7.923 unit, melonjak 70,1% secara tahunan dari 4.657 unit pada Januari 2024. Pabrikan Suzuki berhasil menduduki peringkat teratas dengan mengimpor 2.573 unit, naik 80,6% dibandingkan tahun lalu.

Berikut adalah beberapa data terkait kinerja impor mobil pada awal tahun 2025:

  1. Suzuki: 2.573 unit (naik 80,6% YoY)
  2. Toyota: 1.993 unit (naik 98,5% YoY)
  3. BYD: 1.740 unit
  4. Denza: 566 unit
  5. Hyundai: 347 unit
  6. Mazda: 180 unit
  7. Citroen: 101 unit
  8. Morris Garage: 67 unit
  9. UD Trucks: 65 unit
  10. FAW: 60 unit

Merek BYD, yang berasal dari China, juga menunjukkan performa yang baik dengan total impor sebanyak 1.740 unit, diikuti oleh sub-merek premiumnya, Denza, yang mengimpor 566 unit. Beberapa model unggulan dari BYD seperti Atto 3 dan Dolphin, serta model listrik premium Denza D9 yang baru diperkenalkan, turut berkontribusi terhadap angka impor yang meningkat.

Kondisi ini menunjukkan adanya dua sisi yang berlawanan di industri otomotif Indonesia. Sementara produksi dalam negeri terus mengalami penurunan, permintaan terhadap mobil impor meningkat pesat. Fakta ini dapat diartikan sebagai respons pasar terhadap tren dan inovasi teknik yang ditawarkan oleh merek-merek luar negeri, yang semakin diminati oleh konsumen Indonesia.

Ke depan, tantangan bagi produsen mobil lokal adalah untuk meningkatkan daya saing dan inovasi produk mereka agar dapat bertahan di tengah arus masuknya mobil-mobil impor. Ini juga mungkin menjadi sinyal bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan industri otomotif demi meningkatkan kemandirian industri dalam negeri dan meningkatkan daya tarik produk-produk lokal.

Exit mobile version