Batal Merger dengan Honda, Siapa Penyelamat Masa Depan Nissan?

Merger yang dinanti-nanti antara Nissan dan Honda mengalami kegagalan, menciptakan tantangan baru dan membuka jalan bagi potensi kemitraan baru bagi Nissan. Dalam pandangan berbagai sumber, kedua raksasa otomotif Jepang ini tidak dapat mencapai kesepakatan terkait persyaratan merger, yang berdampak pada masa depan perusahaan dalam menghadapi krisis keuangan yang sedang melanda.

Nissan kini berupaya mencari mitra baru dalam usaha untuk memulihkan posisi finansialnya. Salah satu nama yang muncul sebagai kandidat utama adalah Foxconn, perusahaan asal Taiwan yang terkenal sebagai produsen iPhone. Menurut laporan dari Autobuzz Malaysia, Foxconn sudah memiliki jejak di industri otomotif melalui anak perusahaannya, Foxtron, yang bergerak di area kendaraan listrik.

Foxconn menunjukkan minat untuk bermitra dengan Nissan dan sempat mengajukan penawaran pada awal Desember 2024. Namun, saat itu, pembicaraan merger dengan Honda masih berlangsung, sehingga tawaran tersebut ditolak. Menariknya, Foxtron dipimpin oleh Jun Seki, mantan eksekutif senior Nissan yang sebelumnya dijagokan sebagai calon penerus CEO.

Nilai potensi merger antara Honda dan Nissan mencapai USD 60 miliar, yang berpotensi menjadikan mereka sebagai produsen otomotif terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume. Merger ini semula dianggap sebagai solusi untuk membantu Nissan keluar dari krisis yang sedang dihadapinya, yang mencakup pemutusan hubungan kerja secara global dan pengurangan produksi. Menurut seorang pejabat senior di perusahaan tersebut, Nissan hanya memiliki “12 atau 14 bulan untuk bertahan” jika situasi tidak segera diperbaiki.

Sayangnya, negosiasi mengenai merger tidak berjalan mulus. Perselisihan muncul terkait konflik kepentingan, terutama dengan keterlibatan Renault dan Mitsubishi, yang sebelumnya terjalin dalam aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi. Honda mengusulkan agar Nissan menjadi anak perusahaannya, sedangkan Nissan mengklaim bahwa proposal tersebut menyimpang dari kesepakatan awal yang diharapkan dapat menempatkan kedua perusahaan pada pijakan yang setara di bawah perusahaan induk bersama.

Meskipun upaya merger telah gagal, Nissan dan Honda masih membentuk kemitraan yang terfokus pada pengembangan kendaraan listrik (EV) dan kecerdasan buatan (AI) pada awal 2024. Langkah ini merupakan respons terhadap meningkatnya dominasi pasar kendaraan listrik dari produsen asal China.

Tantangan bagi Nissan tidak bisa dianggap remeh. Dalam situasi ini, menarik untuk mengamati apakah Foxconn akan menjadi penyelamat bagi Nissan. Kemitraan dengan Foxconn dapat membawa inovasi dalam teknologi otomotif dan mendukung pengembangan kendaraan listrik yang saat ini sangat dibutuhkan di pasar global.

Dengan situasi yang terus berkembang, industri otomotif global akan dengan seksama mengamati langkah-langkah yang diambil oleh Nissan. Keputusan yang diambil dalam waktu dekat akan sangat menentukan masa depan Nissan di tengah persaingan yang semakin ketat dan tantangan finansial yang signifikan.

Exit mobile version