PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) baru-baru ini mengumumkan keputusan mengejutkan dengan menghentikan penjualan barang fisik di platformnya. Keputusan ini memicu berbagai reaksi dari pelapak, istilah yang digunakan Bukalapak untuk menyebut para penjual terdaftar di marketplace mereka. Fokus baru Bukalapak akan beralih sepenuhnya pada penjualan produk virtual, seperti pulsa, voucer gim, dan token listrik. Langkah ini diklaim oleh pihak perusahaan sebagai upaya untuk memperkuat posisi di ekosistem produk virtual.
Perubahan ini tentunya mempengaruhi banyak pelapak yang mengandalkan penjualan barang fisik sebagai sumber penghasilan. Dalam periode transisi, Bukalapak berjanji untuk menyediakan skema pengembalian saldo, dana, dan data transaksi bagi pengguna. Namun, banyak pelapak menyatakan kekecewaannya terhadap langkah ini. Salah satu pelapak dari Kabupaten Bekasi, yang enggan disebutkan namanya, menyesalkan keputusan BUKA dan merasakan penurunan pesanan meski telah menggunakan fitur promosi berbayar.
Salah satu faktor yang dikeluhkan adalah hilangnya fitur gratis ongkos kirim (ongkir), yang merupakan salah satu daya tarik utama bagi para pembeli. Melalui kutipan yang didapat, pelapak tersebut mengungkapkan, “Pembeli mau dapat free ongkir dan cashback, dan itu persaingannya lumayan berat dengan marketplace lain.” Aspek ini menjadi sangat penting, terutama ketika banyak kompetitor menawarkan fitur serupa sebagai daya tarik untuk menarik pelanggan.
Sejak penutupan fitur gratis ongkir pada September 2022, pelapak merasa kesulitan untuk bersaing. Pengguna sekarang beralih ke platform lain yang menawarkan insentif lebih, termasuk gratis ongkir. Berdasarkan pengamatan, banyak pembeli masih sangat terfokus pada harga saat memilih tempat berbelanja online. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (Celios), yang menyatakan bahwa konsumen di Indonesia umumnya cenderung menjadi ‘price oriented consumer’.
Walaupun Demi Bayu, Kepala Media dan Komunikasi Bukalapak, menegaskan bahwa layanan marketplace masih tetap beroperasi, seiring dengan penutupan penjualan barang fisik, pelapak tetap merasakan dampak negatif. Dimas juga mengisyaratkan bahwa proses ini akan berlangsung bertahap hingga Februari 2025.
Peralihan fokus Bukalapak ke produk virtual diharapkan akan membuat perusahaan tetap kompetitif di pasar e-commerce yang semakin ketat. Namun, banyak pelapak berharap adanya perhatian lebih dari Bukalapak terhadap kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi, terutama dalam hal insentif yang selama ini menjadi daya tarik pelanggan.