TOWR Fokus Akuisisi Serat Optik, Pengamat Bongkar Alasannya!

Perusahaan telecomunication tower di Indonesia, seperti PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR), semakin aktif melakukan akuisisi aset serat optik sebagai bagian dari strategi investasi jangka panjang mereka. Peralihan fokus ini, dari akuisisi menara telekomunikasi menuju pengembangan serat optik, merupakan respons terhadap permintaan layanan data yang meningkat selaras dengan adopsi teknologi 5G.

Berdasarkan informasi yang beredar, TOWR bersama dengan Mitratel dan Tower Bersama Infrastructure sudah membatasi akuisisi menara untuk tahun 2024 dan lebih memilih untuk berinvestasi dalam infrastruktur serat optik. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif ICT dan pengamat ekonomi digital, Heru Sutadi, yang menekankan pentingnya fiber optic dalam mendukung perkembangan teknologi. Ia menyatakan, “Serat optik memiliki kualitas yang lebih baik sebagai jalan pengalur komunikasi data antar-menara telekomunikasi dibandingkan dengan kabel tembaga.”

Dengan beralih ke Fiber To The Tower (FTTT), perusahaan-perusahaan ini berharap dapat menawarkan kecepatan dan kapasitas data yang lebih baik bagi pelanggan mereka. Menurut Heru, peralihan dari teknologi 4G ke 5G menjadi semakin mendesak untuk mendukung konektivitas yang lebih solid di seluruh Indonesia, terutama di wilayah-pemukiman yang masih kurang terlayani.

Berinvestasi di serat optik juga mendukung keinginan untuk memperluas jangkauan layanan internet, terutama di luar Pulau Jawa. “Daerah luar Pulau Jawa masih membutuhkan investasi baru,” tambah Heru, “serta fiberisasi jaringan yang beralih dari microwave ke kabel sangat dibutuhkan untuk memperkuat koneksi antar menara.”

Selain itu, Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional, Sigit Puspito Wigati Jarot, menyoroti tren sharing infrastruktur yang diperkirakan akan muncul pada tahun 2025. Menurut Sigit, efisiensi biaya operasional dan modal akan mendorong operator seluler untuk berbagi aset, yang dapat menekan permintaan akan menara baru, karena satu menara dapat digunakan oleh beberapa operator.

Untuk mendukung pengembangan ini, Mitratel menjalani beberapa akuisisi, termasuk penambahan jaringan serat optik baru sepanjang 10.000 kilometer dalam rencana belanja modal yang mencapai Rp5,6 triliun pada 2024. Perusahaan ini juga telah melakukan akuisisi jaringan fiber optik dari anak perusahaan BUMN Karya, menambah total jaringannya secara signifikan.

Sementara TOWR merampungkan akuisisi 90,11% saham PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST), yang memberikan mereka tambahan sekitar 3.300 menara dan 16.000 km serat optik. “Akuisisi ini diharapkan menstabilkan cashflow dan mendukung pertumbuhan pendapatan 4-6% pada tahun 2024,” ujar Adam Gifari, Advisor Group Investor Relation TOWR.

Dengan langkah-langkah ini, perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia bersiap untuk menyongson era digital yang lebih cepat dan efisien, sambil tetap menghadapi tantangan dalam hal pengembangan infrastruktur yang merata di seluruh wilayah.

Exit mobile version