TikTok kembali beroperasi di Amerika Serikat pada 19 Januari 2025, setelah ditangguhkan beberapa jam sebelumnya akibat keputusan Mahkamah Agung. Keputusan ini diambil setelah induk perusahaan TikTok, ByteDance Technology, mengajukan permohonan untuk membatalkan undang-undang yang melarang operasional aplikasi tersebut. Dalam momen yang mengejutkan, TikTok mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Terpilih Donald Trump atas supportnya dalam memulihkan aplikasi ini.
Setelah penutupan mendadak pada malam tanggal 18 Januari, TikTok memberitahukan bahwa keputusan ini berpotensi merugikan lebih dari 170 juta pengguna di AS. Aplikasi ini memperingatkan bahwa mereka akan terpaksa menghentikan layanan, kecuali jika ada jaminan definitif dari Presiden Joe Biden. Titik tekan dari situasi ini adalah dampaknya terhadap bisnis, di mana TikTok memperkirakan bahwa kerugian pendapatan untuk bisnis kecil di AS dapat mencapai US$1,3 miliar dalam bulan pertama penutupannya. Di sisi lain, hampir 2 juta pembuat konten berisiko kehilangan pendapatan sebesar US$300 juta.
Sebelumnya, Donald Trump menyampaikan di platform sosial Truth Social bahwa dia akan mengeluarkan perintah eksekutif untuk mengizinkan TikTok terus beroperasi. Perintah ini dipandang sebagai langkah strategis untuk menangguhkan larangan selama 90 hari, memberikan TikTok kesempatan untuk menemukan mitra lokal yang dapat membeli setengah dari perusahaan tersebut. Perintah eksekutif ini seharusnya memberikan legalitas untuk mengabaikan larangan tersebut, sehingga aplikasi mendapatkan waktu untuk beradaptasi.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait situasi TikTok di AS dan tindakannya setelah intervensi Trump:
- Pemulihan Operasional: TikTok kembali beroperasi sehari setelah penangguhan dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Donald Trump.
- Dampak Ekonomi: Penutupan dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi pengusaha kecil dan konten kreator di AS.
- Perintah Eksekutif: Trump berencana untuk menandatangani perintah eksekutif yang mendukung kelangsungan operasional TikTok.
- Komitmen Kerja Sama: TikTok berjanji untuk bekerja bersama pemerintahan Trump guna mencapai solusi yang dapat memperkuat keberadaan aplikasi di AS.
- Proses Penjualan yang Berlanjut: Munculnya calon pembeli untuk TikTok, termasuk minat dari miliarder seperti Elon Musk dan mantan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.
Sikap TikTok yang proaktif dalam menangani situasi ini menunjukkan bagaimana ketegangan antara perusahaan teknologi asing dan regulasi di dalam negeri dapat berujung pada solusi yang berorientasi kolaboratif. Dengan langkah baru ini, TikTok tidak hanya berusaha mempertahankan keberadaannya di pasar AS, tetapi juga berkeinginan untuk menyesuaikan diri dengan kerangka hukum yang ada. Hal ini berarti usaha untuk ke depan masih akan berlanjut, terlebih dengan potensi kolaborasi antara TikTok dan mitra lokal di AS dalam jangka panjang.
Dalam perkembangan selanjutnya, kami akan terus memantau situasi ini dan bagaimana keputusan yang diambil dapat memengaruhi hubungan antara perusahaan teknologi China dan pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.