Samsung baru saja meluncurkan seri ponsel flagship terbarunya, Galaxy S25, S25 Plus, dan S25 Ultra, dalam acara Unpacked di San Jose, California. Acara ini bukan hanya tentang memperkenalkan ponsel baru tetapi juga menunjukkan kemajuan teknologi yang tampak menjanjikan. Harga yang dipertahankan untuk ketiga model tersebut menjadi salah satu aspek positif yang menarik perhatian penggemar.
Meskipun desain ponsel baru ini tidak mengalami perubahan drastis, ada beberapa pembaruan yang patut dicatat. Salah satu yang paling mencolok adalah bentuk sudut yang kini lebih membulat pada S25 Ultra. Perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan saat digenggam, terutama mengingat kritik yang diterima S24 Ultra terkait sudutnya yang tajam. Ponsel-ponsel ini juga lebih ringan dibandingkan pendahulunya, meskipun hanya dengan pengurangan berat antara 15 gram untuk S25 Ultra, dan hanya beberapa gram untuk model lainnya.
Dari segi kamera, pembaruan signifikan dilakukan dengan penambahan sensor ultrawide 50 megapiksel yang baru. Setup kamera pada Galaxy S25 kini terdiri dari:
1. Kamera utama 200 megapiksel
2. Kamera ultrawide 50 megapiksel
3. Lensa telefoto 10 megapiksel dengan zoom 3x
4. Lensa zoom 50 megapiksel dengan zoom 5x
Samsung juga memperkenalkan peningkatan dalam kemampuan pengambilan foto malam, atau “nightography”, dengan teknologi penghapusan noise ganda saat merekam video. Inovasi ini menghilangkan gangguan dalam area gelap tanpa memerlukan pemrosesan cloud, yang bisa jadi lebih efisien dibandingkan fitur serupa di perangkat lain.
Salah satu highlight dari Galaxy S25 adalah integrasi fitur kecerdasan buatan (AI) yang lebih dalam. Salah satunya adalah Cross App Action, yang memungkinkan pengguna melakukan beberapa tindakan hanya dengan satu perintah suara. Misalnya, pengguna dapat mengatakan, “Cari jadwal permainan kandang Cubs pertama dan tambahkan ke kalender saya” untuk mendapatkan informasi tersebut secara instan. Meskipun beberapa perintah berjalan dengan baik, ada juga yang ternyata menunjukkan kinerja kurang optimal.
Samsung juga memperkenalkan “Personal Data Engine”, fitur AI yang mempelajari kebiasaan pengguna dari waktu ke waktu. Fitur ini berfungsi untuk memberikan saran otomatis sesuai dengan rutinitas pengguna dan terintegrasi dengan ekosistem SmartThings, termasuk perangkat wearable dan TV Samsung.
Namun, meskipun inovasi tersebut menarik, beberapa pengguna mungkin merasa tidak ada cukup alasan untuk mengganti S24 mereka dengan model terbaru. Perubahan yang dilakukan terkesan lebih bersifat incremental ketimbang revolusioner. Banyak pengguna juga akan menunggu evaluasi lebih mendalam mengenai kemampuan AI ini setelah penggunaan jangka panjang.
Dengan semua kemajuan dan fitur baru yang ditawarkan, Galaxy S25 menunjukkan langkah ke arah yang benar, khususnya dalam hal pemanfaatan teknologi AI. Samsung mungkin tidak sepenuhnya merombak desain eksternal, tetapi tampaknya perusahaan ini berfokus untuk menjadikan perangkatnya lebih cerdas dan responsif terhadap kebutuhan pengguna. Diharapkan, kombinasi antara perangkat keras yang solid dan inovasi perangkat lunak dapat menjadikan Galaxy S25 sebagai salah satu ponsel flagship yang menarik perhatian di tahun mendatang.