Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menunjukkan sinyal positif dengan pembelian besar-besaran oleh investor asing. Pada perdagangan Jumat (17/1/2025), saham TLKM mencatat penguatan sebesar 2,70% dan diperdagangkan pada harga Rp 2.660 per saham. Dalam transaksi tersebut, sebanyak 107,25 juta saham TLKM terjual dengan total nilai transaksi mencapai Rp 284,01 miliar dan frekuensi perdagangan sebanyak 10.638 kali.
Data yang dirilis menunjukkan bahwa investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 125 miliar dan total nilai transaksi beli secara keseluruhan mencapai Rp 237 miliar. Pihak broker UBS Sekuritas Indonesia juga melaporkan bahwa mereka membukukan net buy Rp 62,6 miliar, sementara Maybank Sekuritas Indonesia mencatat net buy Rp 40,5 miliar. Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan dari investor asing terhadap potensi pertumbuhan saham Telkom, meskipun dalam tiga bulan terakhir harga sahamnya mengalami penurunan sebesar 12,5% dan anjlok sebesar 33,33% dalam setahun terakhir.
Analis dari Samuel Sekuritas berpendapat bahwa sektor telekomunikasi di Indonesia berpotensi untuk semakin menguat. “Sektor telekomunikasi menjadi lebih sehat dengan fokus pada kualitas jaringan dan layanan. Strategi fixed mobile convergence (FMC) dapat meningkatkan pendapatan perusahaan telekomunikasi,” ungkap tim riset tersebut. Kualitas layanan yang lebih baik dan berkurangnya tingkat persaingan akibat konsolidasi di sektor ini diyakini akan memperbaiki rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU).
Meskipun terdapat tantangan, seperti tingginya tingkat persaingan di layanan fixed broadband yang dapat menyebabkan perang harga, industri telekomunikasi tetap memiliki peluang untuk memangkas biaya. Indikator lainnya adalah potensi lelang spektrum berinsentif yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas jaringan serta menarik lebih banyak pelanggan. Selain itu, kemunculan teknologi Internet of Things (IoT) dan layanan 5G akan turut mendorong meningkatnya permintaan.
Samuel Sekuritas menilai saham TLKM sebagai pilihan utama di sektor telekomunikasi dengan target harga yang ditetapkan mencapai Rp 3.500. “Ini menjadi peluang bagi investor untuk melakukan pembelian,” kata broker itu. Dengan posisi ini, potensi cuan dari saham TLKM dinilai masih sangat menjanjikan.
Sementara itu, perlu dicatat bahwa meskipun terdapat optimisme, industri telekomunikasi masih dihadapkan pada beberapa risiko, seperti biaya regulasi yang tinggi, penguatan dolar AS yang berdampak pada belanja modal, serta potensi terbatasnya penurunan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia. Hal-hal ini dapat memengaruhi biaya bunga untuk operator yang memiliki utang signifikan, seperti PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Dengan prospek yang ada, para investor disarankan untuk tetap memperhatikan perkembangan pasar dan perubahan regulasi yang dapat mempengaruhi sektor ini. Keunggulan PT Telkom Indonesia di pasar, ditopang oleh akumulasi pembelian asing dan dukungan dari analisis positif, bisa menjadi sinyal kuat bagi investor untuk mempertimbangkan peluang yang ada di saham TLKM.