Jakarta, Cung Media — Dalam era digital yang semakin maju, perusahaan di seluruh dunia menghadapi tantangan serius terkait keamanan siber. Menurut laporan terbaru dari Kaspersky, sebanyak 88 persen bisnis saat ini mengalami ancaman yang berusaha menyusup ke jaringan mereka. Masalah ini tidak bisa diabaikan, karena lebih dari 60 persen perusahaan melaporkan insiden di mana pelaku kejahatan siber berhasil mengeksekusi kode berbahaya di dalam jaringan mereka.
Biasanya, insiden keamanan ini lebih sering terjadi di perusahaan besar meskipun mereka telah menerapkan langkah-langkah perlindungan yang komprehensif. Namun, perusahaan kecil dan menengah tidak kalah rentan. Salah satu penyebab utama masalah ini adalah tindakan dan kelalaian dari karyawan itu sendiri, baik secara disengaja maupun tidak. Pelaku kejahatan siber berupaya mengeksploitasi kerentanan dengan cara menembus jaringan perusahaan, berpotensi merusak data dan sistem yang sensitif.
Adanya serangan yang menyasar keamanan jaringan ini dipicu oleh beberapa faktor, antara lain:
-
Peningkatan kompleksitas ancaman siber: Pelaku kejahatan siber terus mengembangkan taktik dan teknik baru untuk melewati sistem keamanan, memberikan tantangan lebih besar bagi bisnis untuk tetap terdepan.
-
Maraknya kerja jarak jauh: Dengan banyak karyawan yang bekerja dari berbagai lokasi dan perangkat, potensi terjadinya pelanggaran keamanan meningkat. Kebijakan Bring Your Own Device (BYOD) juga semakin membuka celah bagi serangan.
- Kesalahan manusia: Karyawan tanpa sadar berkontribusi terhadap insiden keamanan siber. Sebanyak 42 persen perusahaan melaporkan bahwa kurangnya kesadaran dan pelatihan di kalangan karyawan menjadi faktor utama yang menyebabkan kebocoran data.
Dari sekian banyak serangan yang mungkin terjadi, berikut adalah jenis ancaman yang paling umum ditemui:
- Phishing: Metode yang paling umum, di mana karyawan tanpa sadar mengklik tautan berbahaya atau memberikan informasi sensitif kepada penipu.
- Ransomware: Serangan yang mengenkripsi data dan meminta tebusan untuk memulihkan akses.
- DDoS (Distributed Denial of Service): Serangan yang bertujuan mengganggu layanan online dengan membanjiri jaringan dengan trafik yang berlebihan.
- APT (Advanced Persistent Threat): Ancaman yang menargetkan perusahaan spesifik untuk mencuri data jangka panjang.
Konsekuensi dari insiden tersebut sangat serius, termasuk kerugian finansial yang besar, kerusakan reputasi perusahaan, serta kemungkinan sanksi hukum yang berat akibat kegagalan dalam melindungi data sensitif. Untuk bisnis kecil dan menengah, tantangan ini menjadi lebih berat karena mereka sering kali tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menginvestasikan dalam langkah-langkah keamanan siber yang kuat.
Dalam situasi ini, menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kesadaran keamanan di antara karyawan serta menyediakan pelatihan yang memadai. Selain itu, pengembangan infrastruktur keamanan yang kokoh dapat membantu memperkecil kemungkinan terjadinya pelanggaran.
Dengan ancaman siber yang terus berkembang, perusahaan di era digital harus selalu waspada dan siap menghadapi tantangan baru ini. Membangun budaya keamanan yang kuat dan melakukan evaluasi secara berkala terhadap langkah-langkah keamanan yang ada akan menjadi kunci untuk menjaga data dan sistem dari serangan yang merugikan.