Jakarta: Red Hat, perusahaan yang telah berpengalaman lebih dari tiga dekade dalam pengembangan dan lisensi perangkat lunak open source, kini memperluas cakrawala inovasi melalui pendekatan open source dalam kecerdasan buatan (AI). Dengan lebih dari 30 juta baris kode yang dihasilkan, Linux telah menjadi salah satu perangkat lunak open source paling sukses, dan Red Hat yakin bahwa prinsip yang sama dapat diterapkan pada AI jika dilakukan dengan cara yang benar.
Chris Wright, Chief Technology Officer Red Hat, menekankan bahwa AI, khususnya large language models (LLMs) yang merupakan bagian dari AI generatif (gen AI), tidak sepenuhnya dapat dianalisis dengan cara yang sama seperti perangkat lunak tradisional. Bobot model dalam AI, yang merupakan parameter numerik yang menentukan cara model memproses data, harus dipandang sebagai komponen penting dalam ekosistem open source. Dalam pandangan Red Hat, data pelatihan berfungsi sebagai "kode sumber" bagi AI, meskipun tidak sepenuhnya setara dengan kode dari perangkat lunak.
Red Hat mengusulkan bahwa satu-satunya cara untuk memulai open source AI adalah dengan menyediakan bobot model yang berlisensi open source dan menggabungkannya dengan komponen perangkat lunak open source. Ini bukanlah tujuan akhir tetapi merupakan langkah awal menuju transparansi yang lebih besar dalam pengembangan AI. Beberapa aspek penting dari pandangan ini meliputi:
-
Transparansi dalam Pengembangan: Red Hat mendorong komunitas untuk mengedepankan transparansi dalam pelatihan model dan penyempurnaan AI.
-
Model yang Mudah Diakses: Proyek InstructLab yang dipimpin oleh Red Hat dirancang untuk mengurangi hambatan kontribusi model AI dari mereka yang bukan ilmuwan data, memungkinkan semua ahli di berbagai bidang untuk memberikan kontribusi.
-
Kemandirian dalam Penggunaan: Rangkaian model Granite 3.0 yang dikembangkan dalam kerjasama dengan IBM mampu menangani beragam kasuskasus penggunaan AI, dari penulisan kode hingga analisis bahasa alami, semuanya di bawah lisensi open source.
-
Kebutuhan untuk Kerja Sama: Red Hat mengajak berbagai pihak, termasuk industri dan organisasi, untuk terus berkolaborasi dalam pengembangan open source AI yang lebih baik.
- Proyek Inovatif: Red Hat terlibat dalam berbagai proyek open source, seperti RamaLama untuk manajemen model AI, TrustyAI untuk alur kerja yang bertanggung jawab, dan Climatik yang berfokus pada keberlanjutan AI dalam penggunaan energi.
Pekerjaan Red Hat dalam AI melampaui proyek-proyek tersebut dengan menawarkan solusi berbasis cloud hybrid yang memberikan fleksibilitas dalam mengoptimalkan pengoperasian AI. Red Hat OpenShift AI, yang dibangun di atas Kubernetes, dan Red Hat Enterprise Linux AI (RHEL AI) menjadi bagian dari upaya ini, memanfaatkan model open source untuk meningkatkan kinerja dan keamanan.
Dengan inovasi seperti Neural Magic, Red Hat bertujuan menyelaraskan model AI yang lebih kecil dan dioptimalkan dengan data organisasi di lingkungan hybrid cloud. Ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan open source, AI dapat dikembangkan secara lebih transparan dan bertanggung jawab.
Red Hat percaya bahwa masa depan AI akan dicirikan oleh kolaborasi terbuka dan transparansi, memungkinkan pemangku kepentingan untuk menciptakan solusi AI yang lebih baik dan lebih dapat diakses. Dengan komitmen ini, Red Hat berharap dapat mendorong batasan demokratisasi dan keterbukaan dalam dunia AI, menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi komunitas teknologi dan industri secara keseluruhan.