Para ilmuwan dari NASA telah mencapai terobosan penting dalam memahami fenomena aurora, dengan peluncuran eksperimen KiNET-X yang dilakukan pada 16 Mei 2021. Eksperimen ini dilaksanakan di fasilitas penerbangan Wallops di Virginia, menggunakan roket BlackBrant XII, yang dirancang untuk mensimulasikan kondisi aurora di luar angkasa. Aurora umumnya terlihat di langit kutub, tetapi dengan meningkatnya aktivitas matahari, fenomena ini juga dapat terlihat di lokasi tak terduga seperti Texas.
Profesor Peter Delamere dari Universitas Alaska Fairbanks, salah satu ahli yang terlibat dalam proyek ini, menyatakan bahwa memahami aurora adalah tantangan yang kompleks. “Cahaya yang menyilaukan ini sangat rumit, dan banyak faktor di lingkungan luar angkasa mempengaruhi fenomena ini,” ungkap Delamere.
Eksperimen KiNET-X bertujuan untuk menyelidiki proses fisika yang terjadi saat partikel bermuatan dari matahari berinteraksi dengan atmosfer Bumi, menghasilkan cahaya berwarna-warni yang dikenal sebagai aurora. Dalam eksperimen ini, dua tabung berisi barium termit diluncurkan ke ionosfer. Setelah mencapai ketinggian tertentu, tabung pertama meledak di ketinggian 249 mil, sementara tabung kedua meledak pada lintasan menurun di ketinggian 186 mil. Pelepasan barium menciptakan awan plasma, yang diamati oleh peralatan di darat serta pesawat NASA.
Meskipun eksperimen ini tidak menghasilkan aurora yang sebenarnya, hasilnya memberikan wawasan berharga tentang bagaimana elektron dipercepat dan proses yang berkontribusi terhadap pembentukan aurora. “Kami belum menciptakan cukup elektron untuk menghasilkan cahaya aurora, namun dasar fisika dari energi elektron telah kami temukan,” tambah Delamere.
Salah satu fokus utama eksperimen ini adalah penciptaan gelombang Alfven, jenis gelombang plasma bermagnet yang hadir di banyak bagian tata surya. Gelombang ini dihasilkan melalui gangguan plasma akibat injeksi barium. Ketika barium terionisasi oleh sinar matahari, dua awan plasma terbentuk dan berinteraksi, menciptakan gelombang Alfven yang mentransfer energi dan momentum ke plasma sekitar. Hal ini mempercepat elektron sepanjang garis medan magnet Bumi.
Hasil eksperimen KiNET-X diharapkan dapat membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut mengenai fenomena aurora. Dengan menggabungkan data eksperimen dan simulasi komputer, para ilmuwan semakin mendekati pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses kompleks yang menyebabkan tarian cahaya ini. Sebagai langkah maju, eksperimen ini dapat dianggap sebagai “titik data emas” dalam perjalanan untuk mengungkap misteri dari aurora.