Teknologi

Menghidupkan Hewan Punah: Mitos atau Fakta Masa Kini?

KEMAJUAN dalam bidang genetika dan bioteknologi telah membuka kemungkinan untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah, sebuah diskusi yang menimbulkan banyak pertanyaan. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah harimau Tasmania, mamalia pemangsa yang pernah menghuni Australia sebelum punah pada tahun 1920-an. Punahnya spesies ini disebabkan oleh perburuan manusia dan hilangnya habitat. Kini, para ilmuwan berjuang untuk menggunakan teknologi modern dalam upaya kebangkitan spesies ini.

Ilmuwan Andrew Pask dari Universitas Melbourne memimpin tim kerja sama dengan perusahaan teknologi biosains, Colossal Biosciences, untuk menghidupkan kembali harimau Tasmania. Proses ini dimulai pada tahun 2017 ketika Pask dan timnya berhasil untuk mengurutkan DNA harimau Tasmania yang tersisa, meskipun DNA tersebut telah terdegradasi akibat waktu dan kondisi lingkungan. Meski DNA yang ditemukan terdiri dari banyak fragmen, teknologi mutakhir dapat digunakan untuk menyusun kembali genom mirip harimau Tasmania dengan memanfaatkan kerabat terdekatnya, dunnart.

Dengan kemajuan dalam teknologi pengeditan gen, para peneliti bukan hanya fokus pada harimau Tasmania. Mereka juga tengah merencanakan kebangkitan mamut berbulu yang punah lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Menggunakan teknik CRISPR, para ilmuwan mencoba menggabungkan DNA mamut dengan gajah Asia, menghasilkan sebuah hibrida yang dikenal sebagai "mammophant." Proyek ini bertujuan untuk mengembalikan ekosistem tundra Siberia yang hilang.

Namun, rencana ini bukan tanpa tantangan. Michael Archer, seorang pakar paleontologi dari Universitas New South Wales, menyoroti bahwa ada banyak kendala yang harus dihadapi. Pengujian untuk mendapatkan salinan gen yang tepat dan fungsi yang optimal menjadi salah satu rintangan terbesar. Selain itu, teknologi ini lebih cocok untuk spesies yang baru punah dibanding yang sudah lama hilang.

Berikut adalah beberapa metode yang sedang dipertimbangkan untuk upaya menghidupkan spesies yang telah punah:

  1. Pengeditan Gen: Menggunakan teknologi seperti CRISPR untuk menyusun kembali jati diri genetis dari spesies kuno.
  2. Kloning: Memindahkan nukleus dari sel hewan punah ke dalam sel telur kerabat dekat, meskipun keberhasilannya sangat tergantung pada kondisi DNA hewan yang telah punah.
  3. Pembiakan Kembali: Menggunakan gen dari hewan yang masih ada untuk menghasilkan keturunan yang semakin mendekati penampilan atau perilaku hewan yang punah.

Namun, penting untuk dipahami bahwa keberhasilan menghidupkan kembali spesies yang telah punah tidak dapat dijadikan jaminan. Lingkungan tempat spesies tersebut dulu hidup telah berubah secara signifikan. Spesies lain yang sekarang menjadi pengganti mungkin tidak dapat berbagi ekosistem yang sama dengan hewan yang dihidupkan kembali.

Menghidupkan kembali hewan punah seperti harimau Tasmania atau mamut berbulu membawa risiko ekosistem yang mesti dipertimbangkan. Apakah lingkungan saat ini dapat mendukung mereka? Apakah mereka akan beradaptasi atau bahkan menjadi ancaman bagi spesies yang sudah ada? Semua pertanyaan ini menjadi penting dalam diskusi tentang kebangkitan spesies yang telah menghilang dari muka bumi. Meskipun teknologi memberikan harapan baru, tantangan ekologis dan etis tetap membayangi keberhasilan inisiatif ini ke depan.

Rizky Maulana

Rizky Maulana adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Artikel Terkait

Back to top button