
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) diminta untuk menetapkan regulasi yang lebih ketat terkait kualitas layanan yang disediakan oleh pemenang seleksi pita frekuensi 1,4 GHz. Permintaan tersebut datang dari Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), melalui Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional, Sigit Puspito Wigati Jarot. Hal ini ditegaskan dalam rangka memastikan bahwa layanan yang diberikan oleh penyedia broadband baru dapat memenuhi ekspektasi pengguna yang semakin tinggi.
Sigit menjelaskan bahwa pemenang lelang untuk frekuensi 1,4 GHz ini berfokus pada layanan fixed broadband dan tidak berkompetisi langsung dengan penyedia layanan seluler, karena izin dan jangkauan frekuensi yang berbeda. Sementara perusahaan seluler memiliki izin frekuensi nasional, layanan fixed broadband hanya beroperasi di wilayah tertentu. Dengan demikian, layanan fixed broadband tidak memiliki mobilitas yang sama dengan layanan seluler, namun tetap memiliki potensi untuk menghadirkan layanan yang kompetitif, terutama dari segi kecepatan dan kualitas.
Dalam konteks ini, Sigit menekankan pentingnya pengaturan standar kualitas layanan. Dia mengusulkan bahwa ada perbedaan yang jelas antara layanan fixed broadband yang menggunakan fiber optic (FO) dengan yang menggunakan teknologi wireless seperti Fixed Wireless Access (FWA) atau Broadband Wireless Access (BWA). Kualitas layanan fixed broadband, menurut Sigit, seharusnya diharapkan lebih tinggi daripada layanan seluler mengingat karakteristik teknisnya yang kondusif dalam hal kualitas sinyal.
Adapun Komdigi berencana untuk mengadakan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk layanan BWA pada semester pertama 2025. Harapannya, melalui proses seleksi, akan lahir perusahaan baru yang mampu menyediakan layanan internet cepat, dengan kecepatan hingga 100 Mbps, dengan biaya sekitar Rp100.000 hingga Rp150.000. Sigit berharap bahwa pemenang lelang ini bisa menghadirkan koneksi yang lebih baik dengan jelas membedakan antara layanan broadband baru dan layanan seluler 4G.
Sigit memberikan catatan penting tentang perlunya regulasi yang tegas dari Komdigi. “Jika tidak, akan muncul masalah dalam persaingan usaha,” tegasnya. Hal ini berpotensi membawa dampak negatif bagi pasar jika kualitas layanan yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam suara yang lebih luas, Sigit mengusulkan agar pemenang tender frekuensi 1,4 GHz tidak hanya satu, tetapi bisa dua, untuk menjaga iklim persaingan yang sehat. Ia menekankan pentingnya kebijakan lokal dalam penyelenggaraan BWA, terutama dalam mempertimbangkan pembangunan infrastruktur di wilayah urban dan rural. Di mana pembangunan infrastruktur di area urban cenderung lebih ekonomis dibandingkan di daerah rural, sehingga harus ada pembagian beban yang adil.
Dari sini, jelas bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh pemenang seleksi frekuensi 1,4 GHz tidak hanya akan berdampak pada pengalaman pengguna, tetapi juga pada persaingan di industri telekomunikasi. Dengan adanya pengaturan yang ketat, diharapkan para penyedia layanan mampu memberikan layanan yang tidak hanya cepat, tetapi juga berkualitas, sehingga pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan konektivitas yang lebih baik.