
Dalam sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Counterpoint Research, terungkap bahwa minat terhadap ponsel kompak atau mini di kalangan profesional muda di India semakin meningkat. Dari hasil survei yang melibatkan lebih dari 2.000 responden, sebanyak 88% menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk membeli ponsel kompak jika perangkat tersebut menawarkan kinerja yang setara dengan ponsel flagship.
Keinginan akan ponsel dengan ukuran lebih kecil ini tercermin dari hasil survei yang menyatakan 57% responden sangat mungkin untuk membeli ponsel kompak, sedangkan 31% lagi agak mungkin untuk melakukannya. Hanya sebagian kecil dari peserta yang menunjukkan ketidakminatan terhadap ponsel dengan ukuran kecil, dengan persentase netral berada di angka satu digit.
Lebih dari sekadar ukuran, survei ini juga menyoroti preferensi konsumen terhadap fitur yang menjadi prioritas saat memilih ponsel. Sekitar 68% responden menyatakan bahwa mereka merasa belum cukup banyak pilihan ponsel kompak yang tersedia di pasaran yang sesuai dengan keinginan mereka. Fitur seperti kinerja dan masa pakai baterai menjadi hal yang sangat penting bagi lebih dari setengah dari mereka. Selain itu, 73% responden menilai bahwa ponsel yang dapat dioperasikan dengan satu tangan adalah suatu keharusan.
Terkait ukuran layar, hasil survei menunjukkan bahwa 11% responden menginginkan ponsel dengan layar di bawah 6 inci. Sementara itu, 29% memilih layar lebih besar dari 6,5 inci, dan 60% di antaranya lebih suka ukuran layar berada di antara dua kategori tersebut. Dalam hal merek, Apple, Samsung, dan OnePlus diidentifikasi sebagai merek favorit untuk ponsel kompak berikutnya yang ingin dibeli oleh responden.
Menariknya, data ini tampaknya berseberangan dengan tren pasar yang lebih luas, di mana selama dekade terakhir, konsumen umumnya lebih menyukai ponsel berukuran besar. Fenomena tersebut menjelaskan mengapa Apple sempat merasakan kesulitan ketika meluncurkan iPhone mini pada tahun 2020. Meskipun mendapatkan perhatian, ponsel tersebut akhirnya dihentikan produksinya hanya dalam dua tahun setelahnya karena penjualan yang buruk. Bahkan, Samsung yang dikenal dengan produk ponsel flagship kecilnya pun lebih banyak menghadapi penjualan model-model yang jauh lebih besar dan lebih mahal.
Menurut sejumlah analis, kurangnya variasi ponsel dengan ukuran kompak di pasar merupakan dampak dari minimnya permintaan dari konsumen, bukan sebaliknya. Hal ini menjadi tantangan besar bagi produsen yang lebih kecil seperti Sony dan Asus yang sebelumnya mencoba meluncurkan perangkat dengan ukuran mini, namun tidak berhasil mendulang penjualan yang signifikan.
Dalam konteks ini, preferensi terhadap ponsel flagship berukuran mini membuka peluang bagi produsen untuk lebih mendengarkan apa yang diinginkan konsumen. Jika tren ini terus berlanjut, kita dapat melihat produsen ponsel lebih berani untuk mengembangkan dan meluncurkan model kompak yang memiliki performa setara dengan perangkat flagship, sesuai harapan dan kebutuhan pengguna di pasar. Tentu saja, pengembangan teknologi dalam hal ukuran dan performa akan menjadi kunci dalam menarik minat konsumen yang saat ini tengah beralih ke ponsel yang lebih ramah genggaman tangan.