JAKARTA — Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah mempersiapkan alokasi pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan broadband wireless access (BWA), yang diharapkan dapat memberikan limpahan manfaat bagi industri internet di Indonesia. Inisiatif ini disambut positif oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), yang melihat potensi pengembangan layanan internet cepat nirkabel di area-area tertentu.
Dalam pernyataannya, Ketua Umum APJII, Muhammad Arif, menegaskan bahwa ketersediaan jaringan sangat krusial bagi penyedia jasa internet. Oleh karena itu, kemampuan untuk memanfaatkan spektrum frekuensi ini diperhitungkan bisa menjawab tantangan penetrasi layanan internet yang selama ini dihadapi. “Harapan besar kami bahwa kolaborasi tersebut benar-benar terjadi, yakni bisnis internet anggota APJII dapat bertumbuh dengan tersedianya infrastruktur nirkabel tersebut,” ujar Arif.
Alokasi frekuensi 1,4 GHz yang mencapai 80 MHz ini diharapkan tidak hanya memberikan keuntungan bagi penyelenggara jasa internet, tetapi juga membantu meningkatkan jangkauan layanan kepada masyarakat. Dengan pengguna memanfaatkan teknologi BWA, mereka dapat menjangkau wilayah yang sebelumnya sulit diakses melalui infrastruktur fisik yang mahal. Teknologi yang termasuk dalam BWA mencakup Wi-Fi, WiMAX, dan juga 4G/5G.
Meskipun ada harapan akan bertumbuhnya industri internet dampak dari frekuensi baru ini, Arif menekankan bahwa pengoperasian akses internet baru harus diatur dengan bijaksana. "Kebijakan terobosan ini tidak merugikan pemain eksisting, selama teknologi BWA hanya diperbolehkan untuk pasar yang belum terjangkau. Ini kan bukan mobile, jadi hanya untuk area yang tersegmentasi saja," jelasnya. Peringatan ini mencerminkan kekhawatiran terhadap meningkatnya persaingan yang dapat merugikan penyedia layanan internet yang sudah ada, terutama di Pulau Jawa.
Tantangan yang dihadapi dalam sektor ini tidaklah sedikit. Dikutip dari data resmi Komdigi, penetrasi layanan Fixed Broadband di Indonesia saat ini baru mencapai 21,31% dari total 69 juta rumah tangga. Selain itu, harga internet juga masih dianggap tinggi, mencapai angka yang cukup mahal untuk kecepatan di atas 100 Mbps. Hal ini menciptakan keterbatasan bagi pelanggan, terutama di daerah rural dan sub-urban di mana biaya penggelaran infrastruktur Fiber Optic masih jadi kendala.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, sejumlah langkah strategis perlu dilakukan. Berikut beberapa langkah yang direkomendasikan untuk memanfaatkan alokasi frekuensi 1,4 GHz:
- Kolaborasi antar penyedia layanan: Memperkuat jaringan kemitraan dalam industri untuk meningkatkan jangkauan dan efektifitas layanan.
- Pengembangan Infrastruktur yang Optimal: Menerapkan teknologi alternatif guna mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas akses.
- Regulasi yang Mendukung: Mempercepat kebijakan yang mendukung pengembangan layanan broadband, sehingga menguntungkan baik penyedia maupun pelanggan.
- Pendidikan kepada pengguna: Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat dan penggunaan teknologi nirkabel.
Dengan pelaksanaan kolaborasi, pengembangan infrastruktur yang efisien, serta regulasi yang tepat, diharapkan alokasi frekuensi 1,4 GHz akan berkontribusi besar bagi pertumbuhan industri internet di Indonesia ke depan. Adanya peluang baru ini tentu akan membawa angin segar bagi penyedia layanan internet serta memberikan manfaat lebih bagi masyarakat luas.