Jakarta: Google baru-baru ini mengeluarkan pernyataan resmi terkait informasi nilai tukar yang menimbulkan kebingungan di kalangan pengguna, di mana dolar Amerika Serikat (USD) tercatat sebesar Rp8.710. Ini membangkitkan perhatian publik karena angka tersebut jauh lebih rendah dari nilai tukar sebelumnya, yaitu Rp16.355 yang tercatat pada Jumat, 31 Januari 2025. Keterpurukan nilai tukar tersebut memicu diskusi hangat di media sosial, terutama di platform X, di mana kata kunci seperti “Dollar” dan “Error” mencuat sebagai trending topic.
Dalam pernyataan resminya kepada Medcom.id, Google mengonfirmasi bahwa mereka menyadari adanya ketidakakuratan yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) yang ditampilkan di Google Search. “Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga. Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” jelas Google.
Masalah ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Di masa lalu, Google pernah mengalami insiden serupa akibat masalah teknis dalam pengambilan data dari sumber pihak ketiga. Peristiwa ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh situs pencarian terkemuka dalam menjaga akurasi informasi, terutama yang berhubungan dengan nilai ekonomis yang berfluktuasi seperti nilai tukar mata uang.
Informasi yang tidak akurat tentang nilai tukar ini memicu respon yang beragam dari pengguna. Banyak yang merasa bingung dan bertanya-tanya tentang kebenaran di balik nilai tukar yang tertera. Beberapa pengguna juga berbagi tanggapan lucu dan kreatif di media sosial, mengekspresikan kekecewaan atau keheranan mereka terhadap situasi tersebut.
Seiring dengan fenomena ini, banyak yang mengkhawatirkan dampak dari ketidakakuratan informasi nilai tukar terhadap bisnis dan individu yang bergantung pada data tersebut untuk transaksi internasional. Dalam konteks ekonomi global yang semakin terhubung, nilai tukar yang akurat sangat penting untuk memberikan potret yang jelas mengenai kondisi perekonomian suatu negara.
Penting untuk diingat, saat bertransaksi atau mengambil keputusan yang berkaitan dengan nilai tukar, pengguna sebaiknya memverifikasi informasi dari sumber yang terpercaya sebelum mengambil langkah lebih lanjut. Meskipun Google menjadi salah satu alat pencari informasi yang populer, penyimpangan data seperti yang terjadi baru-baru ini menunjukkan perlunya ketelitian dalam mengandalkan sumber informasi.
Selain isu nilai tukar, Google juga terkenal dengan inovasi dan perayaan yang diadakan melalui Google Doodle. Beberapa waktu lalu, halaman pencarian Google merayakan perayaan Imlek dengan menampilkan grafis angpao dan karakter berbentuk ular yang melingkari tulisan ‘Google’. Ini menunjukkan bahwa Google tidak hanya berfungsi sebagai mesin pencari, tetapi juga sebagai platform yang merayakan budaya dan tradisi.
Dengan adanya peningkatan perhatian publik terhadap isu ini, diharapkan Google dapat lebih meningkatkan akurasi data yang ditawarkan, serta menyediakan sistem yang lebih transparan dalam memperbaiki kesalahan informasi. Keterbukaan Google dalam mengakui masalah ini merupakan langkah positif menuju pemulihan kepercayaan pengguna yang sempat terganggu.