Teknologi

DeepSeek AI Klaim Hadapi Serangan Besar, Pengguna Baru Terkendala

DeepSeek, perusahaan rintisan asal Tiongkok yang tengah naik daun di bidang kecerdasan buatan (AI), baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka mengalami serangan siber berskala besar. Insiden ini mengakibatkan banyak pengguna baru kesulitan untuk mendaftar di layanan mereka. Pada hari Senin, 27 Januari 2025, DeepSeek menghentikan sementara pendaftaran baru untuk mengatasi masalah yang timbul akibat serangan tersebut.

Serangan siber ini diyakini berkaitan dengan keberhasilan DeepSeek dalam menarik perhatian di kalangan pengguna di Amerika Serikat. Menggunakan model AI DeepSeek-V3, aplikasi mereka telah mendapatkan popularitas yang signifikan sejak diluncurkan pada 10 Januari 2025. Data dari firma riset aplikasi Sensor Tower menunjukkan bahwa peluncuran ini dianggap fenomenal, memberikan sinyal bahwa perusahaan kecil ini dapat bersaing dengan raksasa teknologi lainnya di Silicon Valley.

Di tengah pertumbuhan pesat tersebut, pengguna baru yang mencoba mendaftar kini dihadapkan pada kebingungan. DeepSeek mengonfirmasi bahwa meski pendaftaran terbuka kembali, pengguna baru mungkin masih mengalami kesulitan dalam proses pendaftaran. “Karena adanya serangan jahat berskala besar pada layanan DeepSeek, pendaftaran mungkin akan sangat sibuk. Harap tunggu dan coba lagi,” ungkap pihak perusahaan dalam sebuah catatan resmi. Sementara itu, mereka menegaskan bahwa pengguna yang sudah terdaftar masih dapat mengakses layanan tanpa hambatan.

Meskipun baru didirikan pada tahun 2023, DeepSeek berhasil menunjukkan potensi yang besar. Model AI DeepSeek-V3 dilaporkan memimpin peringkat di antara model sumber terbuka dan berkompetisi ketat dengan model sumber tertutup lainnya. Ini meruntuhkan anggapan umum bahwa inovasi di bidang AI sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asal AS.

Serangan ini juga menimbulkan kepanikan di kalangan perusahaan teknologi dan AI di Amerika Serikat, menimbulkan pertanyaan tentang risiko keamanan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan yang mengadopsi teknologi baru. Di tengah serangan siber, pertanyaan juga muncul mengenai efektivitas kebijakan kontrol ekspor yang diterapkan oleh pemerintahan AS untuk membatasi pengembangan teknologi AI di Tiongkok.

Berita mengenai DeepSeek menarik perhatian karena pemerintah AS, di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden, telah memberlakukan larangan ekspor chip canggih ke China untuk mencegah kemajuan AI yang kompetitif. Namun, peneliti dari DeepSeek mengungkapkan bahwa mereka menggunakan chip Nvidia H800 yang biayanya kurang dari US$6 juta untuk melatih model mereka. Klaim ini menimbulkan polemik, menarik perhatian para eksekutif teknologi yang meragukan efektivitas kebijakan tersebut.

Situasi ini menggambarkan dinamika yang kompleks dalam dunia kecerdasan buatan modern, di mana persaingan semakin ketat, dan tantangan keamanan siber menjadi perhatian serius bagi perusahaan-perusahaan teknologi. DeepSeek, meskipun merupakan perusahaan kecil, kini harus menghadapi tantangan besar dalam menjaga keamanan layanannya sambil berupaya mempertahankan pertumbuhan dan inovasi di tengah ketatnya persaingan pasar AI global. Dengan semua yang terjadi, masa depan DeepSeek di industri teknologi akan menjadi sorotan, baik dari segi keamanan siber maupun inovasi yang mereka tawarkan.

Rizky Maulana adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Berita Terkait

Back to top button