Belakangan ini, isu terkait bahaya Bisphenol A (BPA) dalam galon air minum menjadi topik hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Penyebaran informasi soal BPA sering kali berlangsung melalui media sosial dan grup WhatsApp, menimbulkan kepanikan yang tidak beralasan di antara masyarakat. Melihat situasi ini, sangat penting bagi publik untuk bijak dalam menyikapi informasi yang beredar, terutama yang berkaitan dengan kesehatan.
BPA adalah senyawa kimia yang banyak digunakan dalam pembuatan berbagai produk plastik, termasuk galon air. Senyawa ini memberikan kualitas kuat dan transparan pada plastik, dan penggunaannya diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Kementerian Kesehatan. Ahli dari Kementerian Kesehatan, Ngabila Salama, menjelaskan bahwa penggunaan BPA dalam galon air minum masih dalam batas aman sehingga tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat. "Masyarakat tidak perlu khawatir karena meminum air dari galon tersebut tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan," jelasnya.
Kekhawatiran mengenai migrasi BPA dari galon ke dalam air telah dibuktikan tidak beralasan melalui berbagai penelitian. Di antaranya, penelitian yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Islam Makassar (UIM) menunjukkan bahwa tidak ada migrasi BPA yang terdeteksi dalam air dari galon polikarbonat. Kepala Program Studi Kimia UIM, Endah Dwijayanti, menyatakan bahwa penelitiannya tidak menemukan titik-titik BPA yang berpindah dari galon ke air. "Setelah dianalisis, hasilnya negatif, menunjukkan tidak ada kandungan BPA yang terdeteksi," ungkapnya.
Selain itu, Gusnawati dari UMI Makassar menambahkan bahwa dalam penelitiannya yang menggunakan metode spektrometer UV-Vis, juga tidak menemukan BPA pada galon polikarbonat yang disimpan dalam berbagai kondisi. "Plastik polikarbonat tidak terurai pada suhu normal," jelasnya.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran masyarakat, ahli teknologi plastik Wiyu Wahono mengingatkan pentingnya memahami informasi yang beredar secara utuh. Ia menjelaskan bahwa banyak informasi publikasi yang tidak menyebutkan konteks yang lebih luas mengenai BPA, termasuk fakta bahwa pelarangan penggunaan BPA di beberapa negara hanya berlaku untuk botol bayi, bukan untuk produk lainnya. Ia mendorong masyarakat untuk bersikap kritis dan tidak hanya mengandalkan informasi dari media sosial. "Kita harus berpegang pada ilmu pengetahuan, harus mereview jurnal ilmiah," tambahnya.
Untuk membantu masyarakat lebih bijak dalam menyikapi informasi mengenai BPA, berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
- Verifikasi Sumber: Periksa keaslian informasi yang diperoleh dari media sosial atau pesan di grup WhatsApp. Pastikan sumbernya kredibel.
- Konsultasi dengan Ahli: Selalu lebih baik meminta pendapat dari para ahli atau instansi kesehatan resmi tentang isu kesehatan tertentu.
- Ikuti Riset Ilmiah: Bacalah penelitian atau artikel ilmiah terkait yang bisa memberikan pandangan lebih mendalam.
- Pahami Batasan: Ketahui regulasi atau batas aman yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan lokal dan internasional mengenai penggunaan BPA.
- Diskusikan dengan Orang Lain: Saring informasi dan diskusikan dengan orang berkompeten untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat diharapkan dapat lebih kritis dan bijaksana dalam menanggapi isu-isu kesehatan yang beredar, mengingat banyaknya informasi yang bisa memicu kepanikan. Memahami BPA dan penggunaannya dalam produk sehari-hari adalah langkah penting untuk menjaga keseimbangan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kesehatan.