Dalam laporan terbaru yang diterbitkan oleh Vero, sebuah perusahaan konsultasi komunikasi, terlihat bahwa dunia influencer akan mengalami perubahan besar pada tahun 2025. Lima tren utama diidentifikasi, menunjukkan arah baru bagi para influencer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Laporan tersebut menyoroti pentingnya otentisitas dan tantangan kebebasan berekspresi bagi influencer.
Pertama, storytelling menjadi salah satu aspek yang paling penting bagi influencer. Menurut survei, 34% influencer menegaskan bahwa kemampuan untuk bercerita merupakan faktor kunci dalam menarik perhatian audiens. Dengan 78% beraktivitas di Instagram dan 82% di TikTok, influencer dituntut untuk menyajikan konten yang tidak hanya menarik tetapi juga autentik. Konten interaktif seperti live streaming dan gamifikasi juga menunjukkan nilai signifikan dalam meningkatkan keterlibatan audiens.
Kedua, menjadi otentik. Lebih dari 58% influencer menekankan pentingnya mempertahankan gaya pribadi mereka dalam setiap unggahan. Hal ini menunjukkan bahwa pengikut lebih menyukai konten yang mencerminkan kepribadian dan keunikan influencer. Ada 37% yang akan menolak kolaborasi yang tidak sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka, sementara 38% lainnya lebih memilih untuk bernegosiasi tentang ide-ide alternatif yang lebih sejalan.
Ketiga, kebebasan. Kebebasan berekspresi menjadi tantangan besar bagi influencer, di mana 29% merasa terhambat oleh keterbatasan kreatif. Bahkan di Thailand, angka ini meningkat menjadi 37%. Sangat jelas bahwa bagi influencer, kebebasan kreatif berujung pada dampak positif baik bagi diri mereka maupun brand yang mereka wakili. Sebanyak 69% influencer menjalin komunikasi terbuka dengan brand mereka, dan hal ini berkontribusi pada rasa dihargai dan loyalitas mereka.
Keempat, menjaga hubungan jangka panjang dengan brand adalah kunci untuk kesuksesan. Para influencer semakin sadar akan pentingnya menjalin kemitraan yang berkelanjutan, dengan 30% influencer di Indonesia mengharapkan kompensasi yang lebih tinggi dan mengutamakan kesempatan untuk kemitraan jangka panjang, di mana keterhubungan yang konsisten dapat memperkuat pesan branding.
Kelima, kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi fokus utama. Influencer diperkirakan akan lebih banyak berfokus pada penciptaan komunitas dan konten yang autentik, sembari menjelajahi potensi AI dan social commerce. Sekitar 36% influencer melaporkan memantau perkembangan AI dan pengaruhnya terhadap pemasaran influencer.
Menghadapi semua tren ini, tantangan masih tetap ada, terutama dalam konteks kebebasan berekspresi dan hubungan yang musti dijalin. Artinya, para influencer harus tetap waspada dan adaptif terhadap perubahan, sementara pada saat yang sama, mereka harus bekerja sama dengan brand untuk menemukan keseimbangan yang saling menguntungkan. Menyikapi tantangan dan peluang ini dengan pikiran terbuka dan komunikasi yang efektif akan menjadi kunci kesuksesan mereka di masa mendatang.