Sains

Teknologi Jalan Diri Sendiri Google: Fiksi Ilmiah atau Realitas?

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian kolaboratif yang melibatkan para ahli dari Harvard, MIT, dan laboratorium Swiss telah mengungkapkan hal luar biasa mengenai beton yang digunakan oleh orang Romawi. Beton tersebut memiliki sifat penyembuhan diri, yang membuatnya tahan lama dan memungkinkan beberapa struktur kuno bertahan selama hampir dua ribu tahun tanpa mengalami keruntuhan. Kini, berkolaborasi dengan para peneliti di Google, tim ilmuwan berupaya untuk mengembangkan bahan aspal yang juga memiliki kemampuan penyembuhan diri, untuk mengatasi masalah lubang jalan yang mengganggu di era modern ini.

Masalah lubang jalan merupakan momok yang menguras anggaran. Di Inggris saja, pemerintah menghabiskan lebih dari seratus juta poundsterling setiap tahun untuk memperbaiki lubang-lubang ini. Lubang jalan tidak hanya menjadi masalah bagi kendaraan, tetapi juga meningkatkan risiko kerusakan ban, masalah penyelarasan roda, kerusakan suspensi, dan dampak negatif pada sistem pembuangan kendaraan. Hal ini tentunya menciptakan risiko keselamatan lalu lintas yang signifikan. Dengan munculnya teknologi aspal yang dapat menyembuhkan diri, harapan untuk mengurangi lubang jalan ini mungkin menjadi semakin nyata.

Tim dari King’s College London dan Universitas Swansea telah menciptakan jenis aspal baru yang mampu "memperbaiki retakan sendiri seiring waktu, sehingga mengurangi kebutuhan pemeliharaan manual." Penelitian ini terinspirasi oleh jaringan hidup dari tanaman dan hewan yang dapat menyembuhkan cedera dengan sendirinya. Retakan terjadi karena bahan pengikat yang digunakan, disebut bitumen, mengalami penuaan dan menjadi rapuh. Curah hujan, suhu ekstrem, dan faktor-faktor alami lainnya semakin memperburuk kondisi permukaan jalan.

Google mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam upaya ini. Para peneliti mengembangkan molekul virtual guna mempelajari interaksi kimia dengan komponen bitumen dari aspal. Mereka mengklaim menemukan metode untuk membalikkan proses pembentukan retakan dan memungkinkan aspal untuk "menjahit" dirinya sendiri. Inti dari inovasi ini adalah spora kecil yang terbuat dari bahan tanaman yang diisi dengan minyak daur ulang.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai teknologi aspal penyembuhan diri ini:

  1. Pembuatan Spora: Spora yang lebih tipis dari rambut manusia ini, saat aspal mulai retak, akan melepaskan minyak dan mengisi celah yang ada. Penelitian menunjukkan bahwa bahan hibrida yang dikembangkan dapat menyembuhkan retakan mikro dalam waktu sekitar 50 menit.

  2. Proses Penyembuhan: Ketika retakan muncul, kapsul kecil ini akan pecah, melepaskan bahan bio-based yang dimasukkan di dalamnya. Minyak tersebut kemudian menyebar dalam retakan, melunakkan bitumen, sehingga dapat mengalir dan perlahan menutup celah tersebut.

  3. Penyeliaan oleh AI: Metodologi penelitian didorong oleh kerangka data yang menghasilkan model fluida organik kompleks, mempercepat proses perancangan produk baru dan mengurangi bias manusia.

  4. Kelebihan Lain: Selain menghemat biaya pemeliharaan, teknologi ini juga dapat berkontribusi terhadap proyek-proyek berkelanjutan lainnya, termasuk penelitian untuk mengembangkan beton yang memiliki kemampuan serupa dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ramah lingkungan.

Dengan pendekatan inovatif ini, jalanan di masa depan bisa menjadi lebih aman dan lebih tahan lama. Transformasi cara kita membangun infrastruktur dapat ditingkatkan secara signifikan. Peneliti saat ini terus menggali potensi untuk mengintegrasikan bahan-bahan ramah lingkungan dalam pengembangan material bangunan, menandai langkah maju dalam usaha menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan dan efisien.

Nadia Permatasari adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Berita Terkait

Back to top button