Tahun lalu tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah yang pernah ada di Bumi, berdasarkan laporan dari beberapa lembaga pemerintah yang dirilis pada hari Jumat. Fenomena ini menandai dua tahun berturut-turut di mana suhu global telah memecahkan rekor. Dalam penjelasan oleh ilmuwan dari NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tahun 2024 ternyata lebih panas dibandingkan tahun mana pun sejak awal pencatatan suhu pada tahun 1880. Tahun sebelumnya, 2023, juga dinobatkan sebagai tahun terhangat di catatan.
Rata-rata suhu permukaan daratan dan laut tahun lalu melampaui pencapaian tahun 2023 dengan selisih kurang dari dua per sepuluh derajat Fahrenheit. Fenomena pemanasan ini merupakan bagian dari trajektori pemanasan yang telah diperingatkan oleh para ilmuwan iklim, serta telah diprediksi dalam berbagai model iklim. "Sekali lagi, rekor suhu ini telah dihancurkan — 2024 adalah tahun terpanas sejak pencatatan dimulai," ungkap Bill Nelson, Administrator NASA.
Berikut beberapa data penting mengenai suhu di tahun 2024:
Kenaikan Suhu: Bumi diperkirakan 2,65 derajat Fahrenheit (1,47 derajat Celsius) lebih panas dibandingkan rata-rata dari pertengahan abad ke-19 (1850-1900).
Rekor Regional: Setiap sudut Bumi mencatat suhu lebih tinggi dari biasanya, dengan Amerika Utara, Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan mengalami tahun terhangat. Sementara itu, Asia dan Arktik mencatat tahun terpanas kedua.
Fenomena El Niño: Pemanasan tahun 2024 juga dipengaruhi oleh El Niño, pola iklim alami yang membuat suhu air di Pasifik tropis bagian tengah dan timur lebih hangat, memperburuk pemanasan akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
- Interaksi dengan Kebakaran Hutan: Konsekuensi dari pemanasan ini sangat terasa; dari Mei hingga Juni 2023, gelombang panas yang ekstrem di Meksiko merenggut lebih dari 100 nyawa, dan kota Phoenix, Arizona, mencatat 113 hari berturut-turut dengan suhu melebihi 100 derajat Fahrenheit, sebuah rekor baru.
Selain itu, badan pemantau cuaca Eropa, Copernicus Climate Change Service, mengonfirmasi rekor ini dan melaporkan bahwa 2024 adalah tahun penuh pertama di mana suhu global melebihi 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Negara-negara telah sepakat dalam Perjanjian Paris pada tahun 2015 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius guna menghindari konsekuensi terburuk dari perubahan iklim.
Ke depan, para ilmuwan dari NOAA dan NASA mengindikasikan bahwa pemanasan yang memecahkan rekor ini mungkin akan mereda pada tahun 2025 dengan kembali munculnya La Niña, yang biasanya terkait dengan pendinginan di Pasifik tropis. Namun, diperkirakan ada sekitar 5% kemungkinan bahwa 2025 akan menjadi lebih panas daripada 2024, tetapi ada 95% kemungkinan tahun tersebut tetap masuk dalam lima besar tahun terpanas yang tercatat. Fenomena ini menunjukkan bahwa peringatan mengenai perubahan iklim dan dampaknya semakin nyata dan mengkhawatirkan.