Peradangan: Pedang Bermata Dua dan Cara Lindungi Diri dari Penyakit

Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap penyakit atau cedera yang berfungsi untuk memulihkan kesehatan. Dalam pandangan Dr. Robert Shmerling, seorang ahli rheumatologi di Harvard Medical School, inflamasi adalah mekanisme penting yang dapat menyelamatkan nyawa. Namun, inflamasi memiliki sisi lain yang kurang menguntungkan, khususnya ketika terkait dengan berbagai penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan alergi. Para ahli dalam bidang penuaan juga berpendapat bahwa mengurangi inflamasi kronis adalah kunci untuk hidup lebih sehat.

Dr. David Hafler, seorang ahli saraf dari Yale School of Medicine, menyebut inflamasi sebagai "pedang bermata dua". Ia menjelaskan bahwa inflamasi sangat diperlukan untuk bertahan hidup, karena tubuh membutuhkan respons ini untuk melawan berbagai patogen seperti virus dan bakteri. Dalam tahap akut, misalnya, inflamasi berfungsi membawa sel darah putih dan protein ke lokasi infeksi untuk melawan patogen. Namun, jika inflamasi berlanjut dan menjadi kronis, ia bisa merusak tubuh dari dalam.

Berbagai faktor risiko dapat menyebabkan inflamasi kronis. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Obesitas – Menciptakan keadaan inflamasi tingkat rendah di seluruh tubuh.
  2. Merokok – Meningkatkan risiko inflamasi.
  3. Pola Makan – Makanan olahan, gula rafinasi, lemak trans, dan konsumsi daging merah yang berlebihan dapat memicu inflamasi.

Menurut Dr. Thaddeus Stappenbeck dari Cleveland Clinic, pola makan masyarakat modern, yang seringkali mengandung bahan kimia yang tidak sesuai dengan tubuh kita, dapat berkontribusi pada meningkatnya inflamasi. Shmerling juga menekankan bahwa faktor gaya hidup seperti kurangnya olahraga, kurang tidur, dan tingkat stres yang tinggi merupakan faktor lain yang berkontribusi pada proses inflamasi.

Gejala inflamasi bisa bervariasi, tetapi umumnya meliputi:

  • Nyeri sendi yang tidak membaik.
  • Kelelahan.
  • Timbulnya bengkak atau kemerahan di area yang terkena.

Mengurangi inflamasi dalam tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara sederhana seperti:

  • Menerapkan pola makan sehat, seperti diet Mediterania yang kaya akan buah-buahan dan sayuran.
  • Rutin berolahraga.
  • Mengelola stres melalui teknik relaksasi.

Dampak inflamasi terhadap kesehatan jantung cukup signifikan. Menurut data dari CDC, sekitar 129 juta orang di Amerika Serikat menderita setidaknya satu penyakit kronis, dengan angka ini meningkat sekitar 7 juta orang setiap lima tahun. Penelitian menunjukkan bahwa inflamasi kronis dapat berkontribusi pada pembentukan plak di pembuluh darah, yang pada gilirannya dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Dr. Moshe Arditi dari Cedars-Sinai Medical Center menekankan bahwa inflamasi jangka panjang juga dapat menyebabkan penyakit neurodegeneratif melalui kerusakan neuron.

Saat ini, terdapat berbagai tes darah untuk mendeteksi inflamasi, namun hasilnya tidak selalu akurat. Beberapa tes yang umum digunakan meliputi laju endap darah (LED) dan pengukuran protein C-reaktif (CRP). Meski demikian, Dr. Shmerling menyatakan bahwa tidak ada kebutuhan untuk melakukan skrining rutin terhadap inflamasi pada individu yang tidak memiliki gejala. Inflamasi adalah bagian dari proses biologis yang kompleks, dan untuk mengetahui kondisi ini dengan lebih baik, diperlukan pemahaman mendalam tentang gejala dan faktor risiko yang ada.

Dengan meningkatnya kesadaran akan hubungan antara inflamasi dan berbagai penyakit kronis, penting bagi masyarakat untuk memperhatikan gaya hidup dan pola makan guna menjaga kesehatan jangka panjang.

Berita Terkait

Back to top button