Seiring berkembangnya teknologi, konsep neuroergonomics mulai menarik perhatian di lingkungan kerja. Neuroergonomics adalah studi tentang perilaku manusia dalam menjalankan aktivitas dunia nyata, termasuk di tempat kerja, yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja kognitif dengan memonitor aktivitas otak dalam beragam situasi. Penelitian di bidang ini menunjukkan bahwa penggunaan perangkat pemantauan otak yang inovatif dapat meningkatkan produktivitas karyawan, namun juga dapat menimbulkan risiko diskriminasi.
Teknologi pemantauan otak saat ini ditawarkan melalui perangkat wearable yang non-invasif, seperti elektroensefalografi (EEG) dan spektroskopi inframerah dekat fungsional (fNIRS). Kedua metode ini memungkinkan pemantauan aktivitas otak secara real-time, yang berguna dalam berbagai situasi kerja. Misalnya, sebuah studi menunjukkan perbedaan waktu respons yang signifikan pada individu yang terlibat dalam tugas perhatian selama 30 menit, yang dapat sangat penting dalam pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan tinggi, seperti pengendalian lalu lintas udara dan polisi.
Seiring dengan potensi manfaatnya, teknologi ini juga membawa tantangan etis yang signifikan. Beberapa pemangku kepentingan percaya bahwa neuroteknologi dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan perbaikan sosial. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa teknologi ini dapat memperburuk ketidakadilan dan merusak demokrasi. Misalnya, data aktivitas otak seorang individu mungkin tidak dilindungi oleh Undang-Undang Portabilitas dan Akuntabilitas Asuransi Kesehatan (HIPAA), karena data tersebut tidak dianggap sebagai data medis.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait penggunaan neuroteknologi di lingkungan kerja:
1. Kemampuan perangkat wearable untuk memantau aktivitas otak secara non-invasif.
2. Potensi untuk meningkatkan kinerja karyawan melalui stimulasi otak.
3. Risiko diskriminasi berdasarkan data aktivitas otak yang dapat digunakan untuk mendiagnosis masalah kesehatan.
4. Pertanyaan tentang hak privasi individu terkait data aktivitas otak.
5. Perlunya regulasi etika dan hukum yang jelas terkait penggunaan teknologi ini di tempat kerja.
Teknologi neuroergonomics membuka peluang baru untuk pemantauan individual dan peningkatan dalam kinerja, sekaligus menimbulkan pertanyaan moral dan etis yang harus dijawab secara kolektif oleh semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melakukan dialog terbuka dan menciptakan regulasi yang tepat guna melindungi pekerja dalam era teknologi yang terus berkembang ini.