
MAKOKO, Nigeria – Di tengah keramaian Makoko, sebuah permukiman apung yang terletak di laguna Lagos, Nigeria, sebuah pemandangan menarik menyedot perhatian. Dalam acara teater berjudul “The Herds”, boneka hewan raksasa seperti gorila, singa, dan gajah berlayar menggunakan kano, mengajak masyarakat untuk merenungkan isu perubahan iklim yang semakin mendesak. Pertunjukan ini berlangsung di tengah derita perubahan iklim, terutama di kawasan yang paling merasakan dampaknya.
Acara yang digagas oleh para seniman ini merupakan bagian dari tur spektakuler yang mencakup rute sejauh 20.000 kilometer, dimulai dari Kinshasa, ibu kota Kongo, dan berakhir di Kutub Utara. Dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang krisis iklim, tur ini menggambarkan bagaimana hewan-hewan terpaksa meninggalkan habitat alami mereka akibat pemanasan global. “Kami ingin memperbarui ikatan kita dengan dunia alami,” ungkap Amir Nizar Zuabi, direktur artistik “The Herds”.
Makoko, yang dikenal sebagai “Venice of Africa”, adalah komunitas rentan yang sering kali menghadapi kualitas hidup yang menurun akibat perubahan iklim, termasuk peningkatan permukaan laut yang mengancam keberadaannya. “Kami berada di tepi salah satu krisis global terbesar, dan… saya pikir negara-negara global selatan menawarkan banyak pengetahuan dan ketahanan,” kata Zuabi. Ia menggarisbawahi bahwa banyak negara berkembang di belahan bumi selatan mengalami dampak lebih berat dari perubahan iklim dibandingkan negara-negara kaya.
Dalam perjalanan “The Herds” ke Makoko, penonton menyaksikan keindahan boneka hewan yang hidup di atas air. Suasana menjadi semakin meriah dengan anak kecil dan perempuan yang berdiri di balkon kayu rumah-rumah kayu tua, terheran-heran melihat atraksi tersebut. Salah satu penduduk setempat, Samuel Shemede, 22 tahun, mengatakan, “Itu terlihat sangat nyata. Saya belum pernah melihat sesuatu seperti itu sebelumnya dalam hidup saya.”
Kegiatan ini tidak hanya menggugah kesadaran lingkungan, tetapi juga menunjukkan seni dan budaya lokal. Pertunjukan tari dari kelompok teater setempat menambah kehangatan suasana, sementara kendaraan di jalanan yang macet terhenti sejenak untuk memberi jalan kepada boneka-boneka raksasa tersebut. Penduduk juga terlibat dengan menyanyikan lagu dalam bahasa Hausa yang bermakna “Kami telah memulai”, merajut kebersamaan dalam semangat kreativitas.
Kini, dampak perubahan iklim terasa semakin nyata, dan memperburuk situasi ekonomi negara-negara Afrika. Banyak negara di benua ini kehilangan hingga 5% dari produk domestik bruto mereka setiap tahunnya karena beban yang lebih berat akibat krisis iklim. “Akhir-akhir ini, banyak diskusi mengenai perubahan iklim cenderung menyangkut aspek ilmiah yang sulit dipahami oleh banyak orang,” ujar Zuabi. Ia berharap karya seni ini dapat membangkitkan kepedulian masyarakat tentang keindahan dan kelangkaan alam serta konsekuensi dari pengrusakan lingkungan yang dilakukan manusia.
Melalui pertunjukan ini, “The Herds” bukan hanya sebuah pertunjukan seni, tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak, mengingatkan kita akan apa yang akan hilang jika kita terus menerus mengabaikan ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Pengalaman ini diharapkan dapat membuka dialog lebih luas tentang perlunya melindungi lingkungan demi generasi yang akan datang. Di Makoko, di mana keindahan dan tantangan berpadu, panggilan untuk menjaga bumi menjadi semakin relevan.