Sains

Mengapa Pria Lebih Rentan Kebotakan Dibandingkan Wanita?

Bagi banyak pria, melihat garis rambut yang semakin mundur saat bercermin adalah realita yang menyakitkan. Fenomena ini dikenal sebagai kebotakan pola pria, atau alopecia androgenetik. Salah satu alasan utama yang menjelaskan mengapa pria lebih sering mengalami kebotakan dibandingkan wanita berkaitan dengan genetika. Merujuk pada penjelasan dari Scienceabc, perbedaan ini dipengaruhi oleh dua faktor utama: genetik dan hormon.

Kebotakan pola pria adalah kondisi genetik yang melibatkan banyak gen sekaligus. Salah satu gen kunci yang berperan dalam masalah ini adalah gen AR (Androgen Receptor), yang terletak pada kromosom X. Gen ini menghasilkan protein reseptor androgen, yang memiliki tanggung jawab penting dalam mengenali hormon seperti testosteron dan DHT (dihydrotestosterone). Ketika kadar DHT meningkat, folikel rambut dapat menyusut, menyebabkan rambut menjadi lebih tipis hingga akhirnya rontok total.

Perbedaan kromosom menjadi salah satu penjelasan mengapa pria lebih rentan. Pria memiliki satu kromosom X yang diwarisi dari ibu, sementara wanita memiliki dua kromosom X. Ini berarti jika salah satu kromosom X pada wanita mengandung gen kebotakan, gen tersebut cenderung “tertutupi” oleh gen sehat di kromosom X lainnya. Hal ini memberikan keuntungan kepada wanita dalam mempertahankan rambut mereka.

Bukan hanya faktor genetik, hormon juga memiliki pengaruh besar. Wanita memproduksi DHT dan testosteron dalam jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan pria. Estrogen dan progesteron, hormon dominan pada wanita, berfungsi melindungi folikel rambut. Namun, saat memasuki menopause, kadar hormon ini menurun, yang dapat memicu kerontokan rambut pada beberapa wanita.

Seiring bertambahnya usia, kerontokan rambut dianggap sebagai bagian alami dari proses penuaan. Pembuluh darah yang mengalir ke folikel rambut berkurang, mengakibatkan folikel menjadi lebih kecil dan menghasilkan rambut yang lebih tipis. Selain itu, kondisi lain seperti perubahan sel, peradangan, dan stres oksidatif juga berkontribusi pada penipisan rambut.

Stres merupakan faktor lain yang dapat memperparah kerontokan rambut. Stres kronis dapat memicu kondisi yang dikenal sebagai telogen effluvium, di mana sejumlah besar folikel rambut memasuki fase istirahat lebih cepat, mengakibatkan kerontokan rambut dalam jumlah besar. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan pola makan buruk, juga berdampak negatif pada kesehatan rambut.

Meskipun genetik memainkan peran utama dalam kebotakan, ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini. Pertama, perawatan medis seperti obat finasteride dan minoxidil dapat membantu memperlambat kerontokan rambut. Kedua, transplantasi rambut merupakan solusi permanen dengan hasil yang efektif, meskipun ada biaya yang cukup mahal. Terakhir, melakukan perubahan gaya hidup seperti pola makan yang sehat, mengelola stres, dan menghindari kebiasaan buruk adalah langkah-langkah yang dapat membantu menjaga kesehatan rambut.

Menerima kenyataan bahwa kerontokan rambut adalah bagian dari proses penuaan sangatlah penting. Meskipun kebotakan tidak dapat dihindari sepenuhnya, memahami alasan di balik fenomena ini dapat membantu pria dan wanita menghadapi perubahan tubuh dengan lebih positif dan percaya diri. Melalui pendekatan yang tepat, setiap orang dapat menemukan keindahan sejati dalam diri mereka, terlepas dari penampilan fisik.

Nadia Permatasari

Nadia Permatasari adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Berita Terkait

Back to top button