Menelusuri Asal-Usul Kue Bulan yang Populer Saat Imlek

Kue Bulan, atau dalam bahasa Hokkian dikenal sebagai gwee pia, merupakan salah satu simbol penting dalam perayaan Imlek yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa. Terdapat banyak cerita dan filosofi di balik keberadaan kue ini, yang tidak hanya sekadar makanan lezat, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan budaya yang mendalam.

Asal-usul kue bulan dapat ditelusuri hingga zaman Dinasti Song, di mana kue ini menjadi sajian khusus untuk menghormati leluhur dan sebagai persembahan dalam acara panen. Musim gugur, waktu di mana kue ini paling umum disajikan, adalah musim yang sangat penting bagi masyarakat agrikultural Tionghoa, karena merupakan waktu panen. Seiring berjalannya waktu, kue bulan berkembang dari sekadar sajian persembahan menjadi makanan tradisional yang sering dinikmati pada acara festival.

Kue bulan biasanya disajikan saat Festival Pertengahan Musim Gugur atau Festival Bulan, yang jatuh pada hari ke-15 bulan lunar kedelapan setiap tahunnya. Meskipun merupakan tradisi Tionghoa, variasi kue bulan dapat ditemukan di berbagai negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan, di mana kue ini dikenal dengan sebutan songpyeon, yang dinikmati pada perayaan Chuseok. Di Vietnam, ada banh trung thu yang disajikan pada Tet Trung Thu, sedangkan di Jepang, dango adalah makanan tradisional yang disantap saat Tsukimi, festival untuk memandang bulan.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait asal-usul dan makna kue bulan:

  1. Sejarah Kue Bulan: Kue bulan sudah ada sejak zaman Dinasti Song, dan telah menjadi bagian penting dari budaya Tionghoa sejak saat itu.
  2. Festival Pertengahan Musim Gugur: Kue bulan disajikan pada festival ini, yang merupakan acara penting dalam kalender lunar Tionghoa.
  3. Variasi Budaya di Asia: Meskipun nama dan bentuknya berbeda, prinsip menyajikan kue bulan selama festival musim gugur bersifat universal di seluruh Asia.
  4. Persembahan untuk Leluhur: Kue bulan awalnya dibuat untuk tujuan spiritual, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur saat panen.
  5. Evolusi dalam Perayaan: Kue ini tidak hanya menjadi sajian khusus, tetapi juga berperan sebagai hadiah yang melambangkan persatuan di kalangan keluarga dan komunitas.

Menurut legenda, kue bulan juga terikat dengan peristiwa sejarah, seperti teori bahwa kue ini digunakan oleh pahlawan Zhu Yuanzhang untuk mengorganisir pemberontakan melawan pemerintah Mongol pada Dinasti Ming. Beberapa kue bulan diisi dengan berbagai bahan, mulai dari pasta kacang merah hingga biji lotus, yang menambah variasi dalam komersialisasi kue ini saat ini.

Untuk banyak orang Tionghoa, menyajikan kue bulan bukan sekadar tradisi, tetapi juga ajang untuk berkumpul dan berbagi cerita. Kue ini melambangkan keutuhan dan kebersamaan, sebagai simbol harapan akan kehidupan yang harmonis. Hal ini tentu menjadikan kue bulan lebih dari sekadar makanan, melainkan juga representasi dari nilai-nilai penting dalam budaya Tionghoa.

Dengan sejarah panjang dan makna mendalam yang terkandung di dalamnya, kue bulan terus menjadi favorit dan bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek di seluruh dunia. Kue ini tidak hanya menyuguhkan rasa, namun juga membangkitkan kenangan dan kedekatan antar anggota keluarga saat merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur.

Exit mobile version