Sains

Kenapa Ini Mungkin Hanya Fiksi Ilmiah: Fakta yang Mengejutkan!

Dalam ranah sains fiksi, ide tentang perjalanan antar bintang dengan kecepatan cahaya seringkali dianggap sebagai tujuan akhir peradaban manusia. Namun, kenyataan fisika membuat ambisi ini terhalang oleh berbagai faktor yang tampaknya mustahil untuk diatasi. Mengacu pada berbagai prinsip dasar fisika dan tantangan praktis, perjalanan dengan kecepatan cahaya mungkin tetap menjadi fiksi ilmiah dalam waktu yang tidak terduga.

Pertama, penting untuk memahami definisi kecepatan cahaya itu sendiri. Kecepatan cahaya di ruang hampa adalah sekitar 299,792,458 meter per detik. Menurut Teori Relativitas Einstein, tidak ada objek yang dapat bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya. Ketika objek mendekati kecepatan ini, massa objek tersebut akan meningkat, dan untuk menggerakan objek tersebut pada kecepatan cahaya, akan diperlukan energi yang tak terhingga. Hal ini menciptakan tantangan besar untuk teknologi perjalanan gemintang saat ini.

Kedua, faktor energi menjadi hambatan utama. Untuk bergerak, setiap objek membutuhkan energi, dan ketika berbicara tentang perjalanan dekat dengan kecepatan cahaya, kebutuhan energi menjadi luar biasa besar. Sebagai contoh, probe Parker Solar yang merupakan objek buatan manusia tercepat hanya mampu bergerak sekitar 0,063% dari kecepatan cahaya. Mencapai dan mempertahankan kecepatan yang lebih tinggi memerlukan sumber daya yang belum formalisasi dalam sains saat ini.

Ketiga, mempertimbangkan aspek fisiologis manusia juga sangat penting. Manusia memiliki batas toleransi terhadap percepatan. Biasanya, manusia dapat bertahan antara empat hingga sembilan kali gaya gravitasi menjadi sulit ketika melibatkan percepatan menuju kecepatan yang sangat tinggi. Dalam skenario perjalanan dengan kecepatan cahaya, tubuh manusia terpapar gaya percepatan mencapai 6,000 g, yang dapat berakibat fatal. Tanpa teknologi seperti penghambat inersia yang diperlihatkan dalam film fiksi ilmiah, setiap usaha untuk mempercepat tubuh manusia menjadi mustahil dan sangat berbahaya.

Keempat, waktu menjadi faktor lain yang patut dipertimbangkan. Dalam perjalanan dekat kecepatan cahaya, dilatasi waktu akan terjadi, di mana waktu yang dilalui oleh penumpang berbeda dengan waktu di Bumi. Sebuah perjalanan ke pusat galaksi bisa hanya berlangsung beberapa dekade untuk penumpang, tetapi di bumi bisa memakan waktu hingga 60.000 tahun. Hal ini menambah lapisan kompleksitas pada konsep perjalanan antar bintang.

Selain tantangan fisik dan temporal, ada juga bahaya praktis dalam perjalanan dengan kecepatan tinggi. Debu luar angkasa yang tampak sepele di Bumi bisa menjadi sangat berbahaya pada kecepatan tinggi. Benturan dengan partikel kecil dapat menghasilkan energi yang setara dengan ledakan bom atom jika terjadi pada kecepatan cahaya. Oleh karena itu, perlindungan yang sah terhadap denda ini belum merata dalam teknologi saat ini.

Dalam konteks ini, sains fiksi sering kali memfasilitasi imajinasi tanpa terbebani oleh realitas sains. Beberapa cara alternatif seperti penggunaan pelayaran surya atau konsep “janji dunia” telah diusulkan untuk menjelajahi bintang, tetapi semua itu masih memerlukan waktu yang lama dan tantangan yang sangat kompleks.

Dengan bertumpu pada tantangan-tantangan yang ada, tampaknya bahwa perjalanan antar bintang dengan kecepatan cahaya mungkin tetap menjadi sebuah impian yang indah namun sulit diwujudkan. Pionir sains mungkin terus berusaha mencari solusi, tetapi kecepatan cahaya tetap menjadi batasan alami yang tampaknya mustahil untuk diatasi dalam waktu dekat. Upaya untuk menjelajahi ruang angkasa harus melibatkan pendekatan yang lebih realistis dan pemahaman mendalam tentang fisika alam semesta.

Cung Media

Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Artikel Terkait

Back to top button