Di era modern ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Namun, fenomena ini juga memunculkan pertanyaan penting mengenai dampaknya terhadap kesehatan mental. Apa yang sebenarnya terjadi pada otak kita ketika kita memutuskan untuk berhenti menggunakan media sosial?
Ana Lembke, seorang ahli pengobatan kecanduan dan penulis buku “Dopamine Nation: Finding Balance in the Age of Indulgence”, menjelaskan bagaimana media sosial merangsang pelepasan dopamin, hormon yang berkaitan dengan perasaan bahagia. Interaksi sederhana, seperti memperoleh “like” di platform seperti Instagram dan Facebook, dapat memicu lonjakan dopamin yang membuat kita merasa senang. Namun, penggunaan berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan, memaksa otak kita untuk mencari lebih banyak rangsangan dari media sosial untuk merasa “normal”.
Mengambil jeda dari rangsangan ini memungkinkan otak untuk mengatur ulang jalur reward-nya. “Beristirahat dari siklus dopamin yang dipicu oleh media sosial dapat memungkinkan otak mengatur ulang jalur reward-nya,” jelas Lembke. Dia merekomendasikan jeda minimal empat minggu untuk mencapai reset yang lebih baik. Meskipun demikian, hasil positif dapat terlihat bahkan setelah beberapa hari. Sebuah studi terhadap 65 remaja perempuan menunjukkan bahwa tiga hari tanpa media sosial dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Selama proses detoksifikasi, mungkin akan muncul gejala seperti kecemasan atau dorongan untuk kembali menggunakan media sosial. Namun, gejala tersebut bersifat sementara dan dapat berkurang seiring waktu.
Dalam riset terkait detoks media sosial, Sarah Woodruff, penulis buku “The Social Media Detox”, melaporkan bahwa 31 dewasa muda yang membatasi penggunaan media sosial selama dua minggu menjadi lebih reflektif tentang kebiasaan mereka. “Kita dapat menggunakan waktu tersebut untuk menyadari apakah media sosial memberikan manfaat bagi kita atau justru sebaliknya,” katanya.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa memiliki batasan penggunaan media sosial dapat berdampak positif pada kecanduan smartphone serta kesehatan mental secara umum. Kegiatan detoksifikasi ini memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pola hidup dan mengembalikan kendali atas waktu yang kita miliki.
Mengurangi atau bahkan berhenti menggunakan media sosial bisa menjadi tantangan, terutama di awal proses. Namun, banyak yang melaporkan bahwa manfaat jangka panjangnya sangat berharga, memungkinkan individu untuk meningkatkan kesehatan mental serta keseimbangan hidup di tengah arus digital yang kian deras.