Dalam beberapa tahun terakhir, industri penerbitan akademik telah terancam oleh maraknya publikasi ilmiah palsu. Praktik ini tidak hanya merugikan kualitas literatur ilmiah, tetapi juga memperlambat penelitian medis yang dapat menyelamatkan nyawa. Menurut analisis, sekitar 55.000 makalah ilmiah telah ditarik kembali karena berbagai alasan, tetapi diperkirakan jumlah publikasi palsu yang beredar bisa mencapai ratusan ribu. Peneliti dan perusahaan yang menyaring literatur ilmiah mengungkapkan bahwa banyak makalah palsu ini sulit dideteksi dan sering menciptakan kebingungan di kalangan peneliti yang berusaha menemukan informasi yang valid.
Makalah makalah tersebut sering memuat data dan metodologi yang disusun secara sembarangan, seperti yang dialami oleh peneliti kanker di Universitas Wayne, Michigan. Peneliti tersebut menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi hasil dari sebuah makalah yang ternyata berisi informasi yang dipalsukan, yang membuat mereka kecewa dan menunda penelitian lebih lanjut. Masalah ini terutama meresahkan di bidang medis dan kedokteran, yang dilaporkan telah terkena dampak lebih serius dibandingkan bidang lainnya seperti filsafat atau seni.
Fenomena ini mencerminkan komodifikasi ilmu pengetahuan secara global. Dalam konteks akademik, terjadi dorongan untuk menerbitkan sebanyak mungkin publikasi demi pamungkas karir dan jaminan kerja, yang berada di bawah tekanan “publish or perish”. Sayangnya, hal ini mengundang penipu untuk mengeksploitasi sistem dengan mengutamakan keuntungan dibandingkan integritas akademik.
Penerbitan akademik menjadi arus bawah yang subur bagi praktik kecurangan ini. Dalam minggu saja, diperkirakan sekitar 119.000 artikel jurnal dan makalah konferensi dipublikasikan di seluruh dunia, dengan estimasi sebesar 2% di antaranya dapat dianggap palsu. Situasi ini membuat banyak peneliti yang berupaya melakukan penelitian yang sah menjadi frustrasi dan lamban dalam membawa kemajuan medis.
Beberapa peneliti dan organisasi, seperti Cochrane Collaboration, sedang berjuang melawan makalah palsu dengan mengembangkan alat untuk mendeteksi publikasi yang mencurigakan dan mendorong penerbit untuk lebih ketat dalam proses penilaian. Mereka mencatat bahwa sebanyak 97% dari artikel penelitian genetika yang bermasalah tidak diperbaiki meskipun telah teridentifikasi sebagai kemungkinan hasil dari makalah pabrik.
Di negara-negara yang sedang berkembang, keadaan ini lebih diperparah oleh keterbatasan sumber daya untuk melakukan sains yang sah dan dorongan pemerintah untuk memenuhi stempel publikasi di kancah global. Hal ini menyebabkan munculnya ekonomi gelap di mana kepengurusan makalah, kutipan, bahkan editor jurnal akademik dapat dibeli.
Dalam menghadapi situasi ini, berbagai solusi telah dibahas, termasuk perlunya reformasi dalam cara penilaian dan penghargaan terhadap peneliti. Upaya ini bertujuan untuk mengembalikan fokus pada kualitas penelitian, bukan hanya kuantitas publikasi, dan mengalami pemahaman bahwa validitas penelitian adalah hal yang lebih penting dibandingkan dengan angka statistik semata. Penelitian yang tidak jujur dan menyesatkan mengancam tidak hanya karir individu tetapi juga kemajuan ilmu pengetahuan dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.