Para arkeolog Prancis baru-baru ini melakukan penemuan yang menarik saat menggali situs di bawah rumah sakit bersejarah abad ke-18 di Kota Orleans. Penggalian tersebut mengungkapkan makam seorang pria dari era Romawi kuno yang dikuburkan dengan prasasti kutukan, sebuah bentuk komunikasi unik dengan para dewa yang mencerminkan praktek budaya pada masanya.
Lokasi penggalian ini terletak sekitar 120 kilometer di barat daya Paris dan mengungkapkan sekitar 60 pemakaman yang disusun berjejer sepanjang dinding. Pemakaman ini berasal dari akhir abad pertama hingga awal abad ketiga. Menariknya, semua makam yang ditemukan adalah untuk pria, tanpa ada wanita atau anak-anak, yang menjadikan temuan ini cukup tidak biasa. Peti mati kayu yang ditemukan juga dicat, menunjukkan bahwa orang yang dimakamkan merupakan anggota dari kelompok tertentu dalam masyarakat Romawi kuno.
Satu fitur paling unik dari makam ini adalah ditemukannya 21 prasasti kutukan, atau yang dikenal dengan istilah latin ‘defixiones’. Prasasti ini dibuat menggunakan lempengan timah yang digulung dan berisi banyak tulisan. Digunakan sebagai cara untuk berkomunikasi dengan para dewa, prasasti kutukan ini adalah metode yang populer di kalangan masyarakat kuno. Sebelum dimakamkan, individu akan menuliskan keinginan atau kutukan mereka dan memasangkannya dengan paku, lalu menaruhnya di dalam tanah melalui kuburan atau sumur.
Penelitian arkeolog menunjukkan bahwa prasasti kutukan ini ditulis dalam bahasa Galia, sebuah bahasa Celtic yang kini telah punah. Meski bahasa ini digunakan selama beberapa abad, penggunaannya semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penemuan ini dalam memahami kebudayaan dan praktik spiritual masyarakat pada masa lalu.
Sebelum prasasti kutukan ini disebarkan kepada publik, para arkeolog telah melakukan penelitian mendalam, termasuk tomografi sinar-X untuk melihat bagian dalam prasasti tersebut. Namun, hasil dari penelitian ini masih belum diungkap kepada publik, menimbulkan rasa ingin tahu dan spekulasi di kalangan peneliti dan penggemar sejarah.
Penemuan ini tidak hanya menambah khazanah pengetahuan terkait praktik pemakaman di Roma kuno, tetapi juga memberikan wawasan mengenai bahasa dan ritual yang telah lama hilang dari sejarah. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memberikan klarifikasi dan informasi baru, terutama terkait dengan fungsi dan makna dari prasasti kutukan tersebut.
Investigasi terus berlanjut, dan arkeolog diharapkan dapat mengungkap lebih banyak informasi tentang kehidupan dan keyakinan masyarakat Romawi kuno. Dugaan bahwa prasasti kutukan ini berisi permohonan atau ancaman yang ditujukan kepada para dewa menciptakan jembatan antara masa lalu yang misterius dan pemahaman modern kita tentang spiritualitas. Temuan ini juga menunjukkan bagaimana ibadah dan praktik pemakaman telah berevolusi dan mempengaruhi masyarakat di masa kini, memberikan pelajaran berharga tentang sejarah umat manusia.