Amazon, salah satu raksasa teknologi dunia, baru-baru ini mengumumkan investasi miliaran dolar ke dalam energi nuklir. Langkah ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan perusahaan untuk mencapai ambisi net-zero dan mengurangi jejak emisi karbon dari seluruh rantai pasokan mereka. Investasi yang dilakukan Amazon diratakan melalui tiga kesepakatan terpisah untuk pembangunan Reaktor Modular Kecil (Small Modular Reactors/SMRs).
Matt Garman, CEO Amazon Web Services (AWS), menegaskan bahwa energi nuklir adalah sumber daya yang dapat diperbesar dan, yang lebih penting, bebas karbon. “Energi nuklir adalah sumber yang aman dan bebas karbon yang dapat membantu mendukung operasi kami dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang,” ungkap Garman. Selain itu, Amazon juga menekankan bahwa investasi ini akan membuka peluang ekonomi bagi komunitas setempat.
Salah satu kolaborasi Amazon yang paling mencolok adalah dengan Energy Northwest, yang bertujuan untuk mengembangkan SMRs dengan kapasitas awal 320 megawatt (MW), yang dapat ditingkatkan hingga 960 MW jika diperlukan. Dua mitra lainnya dalam usaha energi nuklir Amazon adalah Dominion Energy dan X-energy. Keputusan untuk berinvestasi di energi nuklir tidak hanya diambil oleh Amazon; Microsoft dan Google juga tertarik untuk berpartisipasi dalam sektor ini.
Beberapa pakar mengaitkan keputusan mendadak Amazon untuk melibatkan diri dalam energi nuklir dengan meningkatnya kebutuhan energi untuk pusat data mereka. Pusat data telah menjadi titik fokus dalam konsumsi energi yang besar, terutama dengan booming cryptocurrency dan sekarang dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI). Menurut laporan dari International Energy Agency (IEA), konsumsi energi pusat data bisa dua kali lipat pada tahun 2026 akibat lonjakan permintaan berkat inovasi dan persaingan yang dipicu oleh AI.
Namun, tantangan ini membuat Amazon dihadapkan pada dilema yang serius: meskipun ambisi mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca meningkat, kebutuhan energi dari pusat data mereka justru mengalami lonjakan. Investasi ke dalam energi nuklir, yang diperkirakan bernilai lebih dari setengah miliar dolar, dianggap sebagai solusi strategis untuk mengatasi masalah ini. Sebelumnya, Amazon telah berinvestasi sebesar $650 juta dalam kampus nuklir untuk operasi pusat datanya.
Permintaan yang mendesak untuk energi bersih ini menjadi semakin penting seiring dengan perkembangan AI, yang saat ini sedang digunakan dalam berbagai proyek, termasuk alat penyelidikan pribadi berbasis AI yang dikenal sebagai Project P.I. dan kerja sama dengan perusahaan terkemuka seperti Anthropic. Di masa mendatang, sumber energi yang dianggap bebas karbon ini diharapkan dapat memberi manfaat ganda bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Amazon, yang tidak hanya ingin memenuhi kebutuhan energi tetapi juga mematuhi komitmen terhadap keberlanjutan.
Dengan langkah ini, Amazon menunjukkan bahwa usaha untuk mengurangi emisi karbon dan memenuhi permintaan energi yang terus meningkat dapat berjalan beriringan. Ketika perusahaan teknologi bersaing dalam perlombaan AI, investasi dalam energi nuklir mungkin menjadi jawaban untuk menghadapi tantangan energi di masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ini menandakan bahwa tidak hanya inovasi teknologi yang diperlukan untuk bersaing, tetapi juga strategi energi yang cerdas dan efisien.