Unicorn eFishery: Beroperasi Tradisional, Teknologi Tak Sesuai Klaim!

Unicorn eFishery, yang diakui sebagai perusahaan rintisan dengan valuasi tinggi dalam sektor perikanan, kini menghadapi kritik tajam mengenai operasional dan teknologi yang klaimnya tidak sekuat yang dipublikasikan. Presentasi FTI Consulting, yang diinformasikan oleh Bloomberg, mengindikasikan bahwa perusahaan ini beroperasi dengan cara yang sangat tradisional dan tidak mengandalkan teknologi canggih seperti yang sering mereka sebutkan.

Dalam presentasi tersebut, diungkapkan bahwa eFishery berfungsi sebagai pemasok pakan, benih ikan, serta barang nonpakan seperti probiotik dan vitamin bagi petani di siklus hulu, serta sebagai pedagang ikan dan udang di siklus hilir. Operasional ini dianggap sebagai jenis bisnis tradisional yang padat karya dan menghasilkan keuntungan yang relatif rendah.

Poin penting dari presentasi FTI Consulting mencakup:

  1. Operasional Tradisional: eFishery beroperasi pada model yang sudah ada sebelumnya, tanpa banyak inovasi yang dapat meningkatkan efisiensi atau profitabilitas.

  2. Keterbatasan Teknologi: Teknologi yang ditawarkan, seperti eFeeder yang merupakan alat pemberi pakan otomatis, ternyata masih dalam tahap pengembangan awal. Hanya terdapat 6.300 unit eFeeder yang digunakan, jauh di bawah angka yang diiklankan kepada investor, yakni 400 ribu.

  3. Keterhubungan Sistem yang Buruk: Aplikasi utama eFishery tidak terintegrasi dengan sistem akuntansi yang memadai, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam pengumpulan data dan pemantauan hasil budidaya ikan.

  4. Jumlah Karyawan yang Berkurang Drastis: Dari 2.600 karyawan pada awal tahun lalu, kini tinggal sekitar 200 setelah terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Hal ini menunjukkan adanya masalah serius dalam kelangsungan operasi perusahaan.

  5. Margin Keuntungan yang Tipis: Bisnis yang dijalankan eFishery pada umumnya beroperasi dengan margin yang sangat tipis dan sering merugi, membuat keberlangsungan perusahaan menjadi semakin dipertanyakan.

Dari total investasi sebesar US$ 314 juta yang diperoleh dari lima kali penggalangan dana, hanya sekitar 2,7% atau US$ 8,5 juta yang digunakan untuk pengembangan teknologi. FTI Consulting mencatat bahwa diperlukan tambahan US$ 8 juta untuk mencapai integrasi teknologi yang diinginkan.

Melihat kondisi ini, para investor dan pemangku kepentingan mungkin akan mempertanyakan klaim eFishery mengenai inovasi dan kontribusinya terhadap sektor perikanan di Indonesia. Dengan banyaknya permasalahan yang dihadapi, mulai dari operasional yang terlalu tradisional hingga keterbatasan dalam pengumpulan data, eFishery tampaknya berada dalam situasi yang cukup sulit untuk menjamin masa depannya.

Sementara itu, situs resmi eFishery juga dilaporkan tidak dapat diakses pada 27 Februari lalu, menambah tanda tanya mengenai transparansi dan keberlanjutan perusahaan ini.

Perusahaan yang seharusnya menjadi pelopor dalam integrasi teknologi di sektor perikanan kini menghadapi tantangan besar untuk membuktikan diri sebagai inovator yang mampu bersaing dalam industri yang berkembang pesat. Di tengah tantangan ini, perhatian akan tertuju pada langkah-langkah yang akan diambil oleh manajemen eFishery untuk mengatasi problematika yang ada. Apakah mereka akan mampu bertransformasi dan menyesuaikan diri dengan tekanan pasar dan harapan investor di masa mendatang?

Exit mobile version