Read

TikTok dan 5 Aplikasi Diduga Bocorkan Data Eropa ke Cina!

Sebuah gugatan baru mencuat yang menunjukkan kekhawatiran serius tentang privasi dan keamanan data pengguna di Uni Eropa. Sebuah kelompok advokasi asal Austria, None of Your Business (Noyb), menuduh enam perusahaan teknologi asal Tiongkok, termasuk TikTok dan Shein, telah secara ilegal mengirimkan data pribadi pengguna Eropa ke negara asal mereka, Tiongkok. Gugatan ini diajukan pada 16 Januari 2023, dan memfokuskan perhatian pada pelanggaran terhadap regulasi privasi Uni Eropa yang dikenal sebagai General Data Protection Regulation (GDPR).

Menurut Noyb, ini adalah pertama kalinya organisasi ini mengajukan keluhan terhadap perusahaan teknologi asal Tiongkok, yang sebelumnya telah aktif menuntut raksasa teknologi lainnya seperti Apple dan Meta. Gugatan ini mencakup enam negara, yakni Yunani, Belanda, Belgia, Italia, dan Austria. Dalam tuntutan tersebut, Noyb meminta penghentian transfer data serta denda hingga 4% dari pendapatan global perusahaan yang terlibat.

Enam perusahaan yang disebut dalam gugatan adalah:

1. TikTok (milik ByteDance)
2. Shein (peritel fashion)
3. Xiaomi (produsen ponsel)
4. AliExpress (platform e-commerce milik Alibaba)
5. Temu (peritel asal Cina)
6. WeChat (aplikasi perpesanan milik Tencent)

Organisasi ini menunjukkan bahwa TikTok, Shein, Xiaomi, dan AliExpress telah secara terbuka mengakui adanya pengiriman data pengguna Eropa ke Tiongkok dalam laporan transparansi mereka. Di sisi lain, Temu dan WeChat diduga mentransfer data ke negara ketiga yang dirahasiakan, kemungkinan besar adalah Tiongkok.

Regulasi GDPR yang ketat menetapkan bahwa transfer data pengguna dari Uni Eropa ke negara lain hanya diperbolehkan jika negara tersebut memiliki standar perlindungan data yang setara. Mengingat Tiongkok dikenal dengan praktik pengawasan data yang ketat, Noyb berargumen bahwa perlindungan datanya tidak sebanding dengan standar yang ada di Uni Eropa. Kleanthi Sardeli, pengacara perlindungan data di Noyb, menegaskan, “Karena Tiongkok adalah negara dengan pengawasan otoriter, jelas bahwa perlindungan data di sana tidak sebanding dengan di Uni Eropa.”

Merespons tuduhan ini, hasta saat ini, Xiaomi menjadi satu-satunya perusahaan yang memberikan tanggapan awal. Juru bicara Xiaomi menyatakan perusahaan tersebut tengah memeriksa tuduhan yang diajukan dan bersedia bekerja sama dengan otoritas terkait jika diperlukan. Sementara itu, TikTok dan Shein belum mengeluarkan komentar resmi mengenai masalah ini.

Apabila tuduhan ini terbukti benar, perusahaan-perusahaan tersebut dapat dikenai denda signifikan berdasarkan GDPR, yang dapat mencapai 4% dari total pendapatan global mereka. Proses hukum ini juga diperkirakan akan memberi dampak negatif terhadap hubungan antara Tiongkok dan Uni Eropa, terutama di saat kekhawatiran global meningkat terkait privasi data dan keamanan informasi.

Tuduhan ini muncul di tengah tekanan yang terus meningkat yang dihadapi oleh TikTok secara global, termasuk potensi penghentian operasi di Amerika Serikat karena kekhawatiran terkait keamanan data. Munculnya gugatan ini menyoroti tantangan yang dihadapi perusahaan teknologi dalam menjaga privasi pengguna sekaligus memenuhi regulasi yang berlaku di berbagai negara.

Bagas Saputra

Bagas Saputra adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Berita Terkait

Back to top button