Pengguna aplikasi pembelajaran bahasa Duolingo di Amerika Serikat mengalami lonjakan signifikan, dengan peningkatan jumlah pengguna mencapai 216% secara tahunan (year on year/yoy). Fenomena ini terkait erat dengan rencana pemblokiran TikTok yang dijadwalkan pada 19 Januari mendatang. Sejumlah pengguna TikTok di AS mulai beralih ke platform media sosial asal Cina, Xiaohongshu, yang memicu kebutuhan untuk mempelajari bahasa Mandarin.
Xiaohongshu, sebuah platform video sosial yang berbasis di Shanghai, awalnya dirancang untuk audiens Cina dengan bahasa default yang menggunakan Mandarin. Peralihan pengguna dari TikTok ke Xiaohongshu ini tidak hanya menunjukkan perubahan dalam kebiasaan media sosial, tetapi juga menyebabkan pergeseran dalam fokus pembelajaran bahasa.
Duolingo merespons situasi ini dengan menggandeng TikTok sebagai platform pemasaran. Perusahaan tersebut mengunggah video promo yang menampilkan maskot burung hantu hijau, yang terlihat di bandara menuju Cina. Video tersebut dilengkapi dengan teks kreatif yang berbunyi, “karena saya lebih ingin pindah ke Tiongkok dan belajar bahasa Mandarin di Duolingo.” Keberhasilan kampanye ini terlihat dari banyaknya interaksi yang diperoleh, dengan video yang disukai lebih dari setengah juta kali hingga Rabu, 15 Januari.
Lebih jauh lagi, Duolingo terus memperbarui kontennya untuk menarik perhatian pengguna baru, terutama mereka yang menganggap diri mereka sebagai “pengungsi TikTok”. Video lain yang berfokus pada pengajaran frasa bahasa Mandarin telah meraih lebih dari 620 ribu likes. Taktik ini membawa hasil yang baik bagi Duolingo, menyebabkan jumlah unduhan aplikasi di AS meningkat sebesar 36% di kedua platform, yaitu App Store dan Google Play.
Dalam hal peringkat, Duolingo kini menempati posisi 40 dalam kategori Aplikasi Teratas selain gim, urutan 22 dalam kategori Umum, dan peringkat 20 dalam kategori Aplikasi Teratas. Lonjakan ini menunjukkan relevansi dari aplikasi pembelajaran bahasa di tengah perubahan sosial media yang cepat.
Perubahan tren ini mencerminkan bagaimana platform sosial dapat mempengaruhi kebiasaan belajar masyarakat. Dengan TikTok yang dihadapkan pada risiko pemblokiran, banyak pengguna mencari alternatif untuk melanjutkan aktivitas berbagi dan berinteraksi, termasuk dalam belajar bahasa asing. Hal ini bisa menjadi langkah strategis bagi Duolingo untuk tidak hanya memperluas jangkauan pasar, tetapi juga memenuhi kebutuhan akan pelajaran bahasa yang semakin tinggi.
Dengan demikian, fenomena ini bukan hanya sebuah pergeseran dalam penggunaan aplikasi sosial, tetapi juga menandakan pentingnya bahasa Mandarin dalam konteks global. Pengguna yang terbiasa dengan konten kreatif di TikTok beralih ke metode pembelajaran yang lebih terstruktur dan terarah seperti Duolingo, sehingga menciptakan peluang baru bagi aplikasi edukasi untuk berkembang di tengah bayang-bayang pemblokiran TikTok.
Kuadran baru dalam pembelajaran bahasa ini bisa mendorong lebih banyak orang untuk merambah ke dunia bahasa dan budaya baru, seiring dengan meningkatnya ketertarikan terhadap kesempatan yang ditawarkan oleh negara-negara berbahasa Mandarin. Beberapa pakar memperkirakan, jika tren ini berlanjut, permintaan terhadap kursus bahasa Mandarin akan terus meningkat, membuka jalan bagi platform pembelajaran bahasa untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pengajaran mereka.