Terungkap! Tren Serangan Hacker 2025: AI dan Ransomware Menggila!

Tren serangan siber yang diprediksi akan mendominasi pada tahun 2025 di Indonesia menunjukkan peningkatan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan ransomware. Kepala Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha, mengungkapkan bahwa beberapa ancaman yang perlu diwaspadai melibatkan metode serangan yang semakin kompleks dan otomatis.

Salah satu tren utama adalah penggunaan AI Agentik, di mana agen kecerdasan buatan beroperasi secara mandiri untuk melancarkan serangan. Ini berpotensi meningkatkan kecepatan dan ketepatan serangan, sehingga semakin sulit untuk diantisipasi. Selain itu, penipuan berbasis AI dan rekayasa sosial, seperti teknik “pig butchering” dan phishing, juga menjadi semakin berbahaya. Penipu akan memanfaatkan teknologi deepfake dan suara sintetis untuk mencuri identitas korban dan melemahkan protokol keamanan yang ada.

Ransomware diprediksi menjadi ancaman yang lebih canggih. Dengan memanfaatkan otomatisasi dan AI, serangan ini tidak hanya akan lebih efektif, tetapi juga lebih mampu beradaptasi dengan teknologi kriptografi pasca-kuantum. Hal ini memberikan tantangan baru bagi para ahli keamanan dalam melindungi data dan sistem mereka.

Taktik lainnya yang diantisipasi adalah serangan rantai pasokan atau supply chain attack. Dalam pendekatan ini, penjahat siber akan menargetkan ekosistem organisasi terbuka dan mencari kelemahan dalam infrastruktur cloud, serta melakukan serangan terhadap perusahaan pihak ketiga yang menjadi mitra organisasi besar. Ini menunjukkan bahwa serangan tidak lagi hanya menargetkan satu entitas, tetapi juga melibatkan banyak pihak.

Kampanye perang siber geopolitik juga disebutkan sebagai ancaman utama. Negara-negara besar akan meningkatkan penggunaan spionase siber dan disinformasi untuk mencapai tujuan strategis mereka. Strategi ini mencakup serangan yang dirancang untuk menciptakan ketidakpastian dan instabilitas di negara target.

Beberapa contoh ancaman nyata di lapangan telah terjadi, seperti serangan ransomware yang diklaim oleh kelompok Bashe terhadap server BRI. Data yang bocor oleh hacker tersebut ternyata valid, menunjukkan pentingnya perlindungan data nasabah. Selain itu, munculnya modus penipuan berbasis video call yang menggunakan wajah selebritas menunjukkan bagaimana penjahat siber mengadopsi teknologi AI untuk memperdaya korban.

Dengan perkembangan teknologi yang pesat, para ahli IT menyarankan agar semua organisasi meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat sistem keamanan siber mereka agar dapat mengatasi berbagai ancaman yang kian kompleks. Hal ini menjadi langkah penting untuk memastikan keamanan data dan sistem di tengah ancaman siber yang terus berkembang.

Exit mobile version