Pengguna TikTok di Amerika Serikat melaporkan adanya perubahan signifikan dalam pengalaman mereka setelah aplikasi tersebut kembali beroperasi. Setelah sempat terhenti, banyak pengguna merasa bahwa mereka mengalami penyensoran yang lebih ketat terhadap konten yang mereka unggah. Berdasarkan laporan terkini, tampaknya aplikasi ini memberlakukan moderasi konten yang lebih ketat, mempengaruhi cara pengguna berinteraksi dan berbagi video.
Selama beberapa waktu terakhir, pengguna TikTok melaporkan penurunan dalam jumlah siaran langsung yang mereka lihat. Banyak di antara mereka mengeluh tentang penghapusan atau penandaan konten mereka yang dianggap melanggar pedoman komunitas, meskipun sebelumnya konten tersebut diperbolehkan. "Kebijakan dan algoritme kami tidak berubah selama akhir pekan," ungkap juru bicara TikTok dalam pernyataan resmi. Mereka juga menegaskan bahwa proses pemulihan operasi di AS normal, namun pengguna mungkin akan mengalami ketidakstabilan sementara yang memengaruhi fitur-fitur aplikasi.
Berikut adalah beberapa hal yang dilaporkan oleh pengguna setelah TikTok kembali beroperasi:
Lebih Sedikit Siaran Langsung: Pengguna merasa melihat lebih sedikit siaran langsung yang dilakukan oleh rekan-rekan mereka.
Moderasi Konten yang Ketat: Banyak konten yang dianggap melanggar pedoman komunitas dilarang, termasuk komentar yang sempat diizinkan sebelumnya.
Pembatasan terkait Konten Politik: Beberapa pengguna melaporkan masalah saat mencoba mengunggah video yang mengkritik beberapa tokoh politik, termasuk mantan Presiden Trump.
Tanda Peringatan dan Pembatasan Akses: Pengguna seperti komedian Pat Loller mengeluh bahwa video satirnya ditandai sebagai misinformasi, membatasi cara dia membagikannya kepada publik.
- Kehilangan Akses Akun: Ada pengguna yang mengalami penangguhan akun secara permanen tanpa penjelasan yang jelas, yang mengindikasikan potensi penyensoran politik terhadap konten tersebut.
Salah satu pengguna, Lisa Cline, mengungkapkan frustrasinya setelah mencoba mengunggah video yang mengkritik Trump sebanyak enam kali tanpa hasil. "Tidak diizinkan karena penyensoran, semoga berhasil di sini," tulisnya di platform lain. Sementara itu, Danisha Carter, seorang komentator politik, mengalami pemblokiran akun secara permanen setelah siaran langsung terakhirnya yang mengkritik para eksekutif teknologi.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai kebebasan berbicara di platform media sosial dan seberapa besar pengaruh algoritme dalam mengatur konten yang muncul di feed pengguna. Pengguna yang lain, seperti "Mila" Ortiz, melaporkan bahwa tindakan moderasi yang tiba-tiba dan acak membuat mereka merasa menjadi target, terutama jika bertentangan dengan pandangan politik tertentu.
TikTok menegaskan bahwa mereka tidak melindungi konten yang mempromosikan kekerasan atau kebencian. Namun, dengan banyaknya laporan tentang pembatasan konten yang tampaknya tidak terkait dengan kebijakan tersebut, pengguna semakin khawatir tentang transparansi dan konsistensi dalam pengaturan konten.
Dengan kembalinya TikTok beroperasi di AS, pengalaman pengguna yang beragam menimbulkan pertanyaan lebih luas mengenai etika dan praktik dalam moderasi konten di era digital saat ini. Diskusi mengenai kebebasan berpendapat dan batasan-batasan yang diterapkan oleh platform media sosial semakin relevan di tengah kekhawatiran akan penyensoran yang mungkin mempengaruhi pengalaman pengguna secara keseluruhan.