Di tengah gelombang kritik dan kontroversi yang melanda eFishery, startup perikanan berbasis teknologi di Indonesia, para pegawai di perusahaan itu mulai angkat bicara untuk mempertahankan reputasi mereka. Manajemen eFishery saat ini berada di bawah sorotan karena dugaan pemalsuan laporan keuangan yang mengklaim perusahaan merugi namun disajikan seolah mendapat keuntungan. Hal ini memicu perdebatan di kalangan karyawan dan masyarakat.
Elsa Vinietta, seorang Product Manager di eFishery, melalui unggahan di akun LinkedIn-nya, menegaskan bahwa tidak semua karyawan dalam perusahaan terlibat dalam tindakan curang ini. “Berita yang beredar sekarang sangat merugikan kami sebagai karyawan dan alumni,” ujarnya, sembari menekankan bahwa framing yang menyatakan “seluruh eFishery fraud” adalah pandangan yang keliru.
Para pegawai eFishery merasa perlu untuk meluruskan informasi yang mencoreng nama baik mereka. Elsa mengungkapkan bahwa produk dan teknologi yang mereka kembangkan, termasuk pakan ikan berbasis Internet of Things (IoT) dan berbagai layanan lainnya, telah berhasil digunakan oleh para pembudidaya. “Produk-produk ini bekerja. Bukan barang demo atau prototipe,” tuturnya, menambahkan bahwa mereka siap membuktikan keberhasilan produk tersebut dengan data dan testimoni dari pengguna.
Namun, ia juga memahami bahwa tantangan adopsi teknologi di kalangan nelayan dan pembudidaya ikan adalah sesuatu yang harus dihadapi. Setiap tahun, usaha untuk meningkatkan kualitas produk terus dilakukan dan hasilnya menunjukkan perkembangan yang positif.
Dalam pernyataannya, Elsa mencatat bahwa jumlah karyawan yang terlibat dalam kecurangan sangat kecil dibandingkan dengan mereka yang bekerja dengan integritas. “Tidak semua pekerja eFishery tahu adanya kecurangan maupun melakukan kecurangan,” tegasnya. Ia percaya bahwa kebanyakan tim tidak bersentuhan langsung dengan transaksi keuangan dan hasil kerja mereka tercatat secara real-time melalui sistem yang ada.
Selain memberikan klarifikasi, Elsa menekankan pentingnya menjaga integritas. Meskipun eFishery mungkin telah gagal dalam hal ini, ia mengajak semua pihak untuk melihat dari sudut pandang yang lebih luas dan tidak merusak harapan bagi inisiatif teknologi di Indonesia. Ia juga yakin bahwa masih banyak karyawan di eFishery yang berintegritas dan terampil.
Di sisi lain, laporan investigasi telah mengungkap dugaan penggelapan dana dan ketidakakuratan laporan keuangan oleh manajemen eFishery. Menurut bocoran laporan yang ditinjau oleh pihak Bloomberg, manajemen dilaporkan menggelembungkan pendapatan dan laba perusahaan. Dalam laporan tersebut, eFishery diklaim mengalami kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dipresentasikan kepada investor.
Berdasarkan laporan yang beredar, eFishery mengklaim telah mendapatkan keuntungan sebesar US$ 16 juta, sementara kerugian yang sebenarnya mencapai US$ 35,4 juta. Selain itu, informasi mengenai jumlah mitra pembudidaya ikan juga dipertanyakan, dengan laporan internal menunjuk hanya 24 ribu mitra, berbeda jauh dari klaim awal yang menyebutkan lebih dari 400 ribu.
Menyusul berbagai tuduhan ini, reaksi dari manajemen eFishery dan CEO non-aktif Gibran Huzaifah masih belum terlacak, meskipun komunikasi melalui email telah dilakukan oleh media. Ini melanjutkan ketidakpastian di kalangan karyawan dan investor mengenai masa depan dan integritas perusahaan.
Sikap pegawai eFishery yang menginginkan transparansi dan kejujuran perlu dipandang sebagai upaya untuk melindungi reputasi dan harapan bagi inovasi dalam industri perikanan Indonesia. Dengan demikian, harapan untuk perbaikan sistem dan pemulihan kepercayaan publik masih dapat terjaga di tengah situasi yang penuh tantangan ini.