Mantan Chief Operating Officer (COO) Meta Platforms, Sheryl Sandberg, baru-baru ini mengalami sanksi hukum setelah diadili oleh Hakim Travis Laster di Pengadilan Kanselir Delaware. Hukuman tersebut terkait dengan penghapusan email-email penting yang dianggap berkaitan dengan litigasi atas skandal privasi Facebook yang melibatkan Cambridge Analytica. Dalam keputusan yang diumumkan pada 22 Januari 2025, hakim menilai bahwa Sandberg telah menggunakan akun pribadi untuk menghapus pesan yang seharusnya tidak dihapus, berpotensi merugikan para pemegang saham.
Penyelidikan menunjukkan bahwa Sandberg menggunakan akun Gmail dengan alias untuk menghilangkan email-email yang kemungkinan besar relevan dengan gugatan yang diajukan oleh pemegang saham. Hakim Laster menegaskan, “Karena Sandberg secara selektif menghapus item dari akun Gmail-nya, kemungkinan besar pertukaran yang paling sensitif dan probatif telah hilang.” Tindakan ini dapat mempersulit Sandberg untuk membela diri dalam persidangan yang dijadwalkan berlangsung pada bulan April mendatang, di mana ia harus menghadapi tuduhan serius berkaitan dengan pengabaian terhadap tanggung jawab di perusahaan.
Sebagai bagian dari sanksi, Sandberg diperintahkan untuk membayar biaya yang terkait dengan mosi sanksi oleh para pemegang saham, termasuk sistem pensiun guru California yang dikenal sebagai CalSTRS. Mosi ini berfokus pada dugaan bahwa penghapusan email tersebut merugikan pemegang saham dan berpotensi memperburuk citra Meta di mata publik.
Kasus ini sendiri berakar dari skandal yang muncul pada tahun 2018, ketika terungkap bahwa Facebook memberikan izin kepada Cambridge Analytica untuk mengakses data dari jutaan pengguna. Tindakan ini mengakibatkan gugatan dari para pemegang saham yang menuduh direktur dan pejabat perusahaan telah merugikan investor melalui pelanggaran perintah dari Komisi Perdagangan Federal (FTC) terkait perlindungan data pengguna. Selain itu, para pemegang saham juga menuding dewan perusahaan terlibat dalam perjanjian untuk membayar denda sebesar USD 5 miliar kepada FTC pada 2019, demi menghindari pertanggungjawaban pribadi bagi pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.
Sikap Sandberg dalam menghadapi permasalahan ini tampaknya mencerminkan upaya untuk menegaskan bahwa ia tidak memiliki niat jahat dalam penggunaan akun pribadinya. Dalam argumennya, ia mengklaim selalu transparan mengenai akun tersebut dan jarang menggunakannya untuk urusan bisnis. Namun, hakim tetap berpegang pada standar yang lebih tinggi dalam penilaian bukti-bukti dan argumen yang disampaikan.
Kasus ini menjadi sorotan tidak hanya karena keterlibatan Sandberg yang merupakan salah satu petinggi perusahaan teknologi terkemuka, tetapi juga karena implikasi yang lebih luas mengenai tanggung jawab pejabat perusahaan dalam menjaga integritas informasi. Kejadian ini berpotensi memengaruhi persepsi publik dan investor terhadap Meta Platforms serta memicu diskusi lebih lanjut mengenai peraturan dan etika dalam industri teknologi.
Sejalan dengan perkembangan perkara ini, terungkap bahwa Meta dan pengacara Sandberg belum memberikan pernyataan resmi mengenai sanksi yang dijatuhkan. Dengan persidangan yang mendatang, banyak pihak yang menantikan bagaimana Sandberg akan membela dirinya dan apa konsekuensi lebih lanjut bagi Meta dalam kasus ini.