ByteDance, perusahaan induk dari platform media sosial TikTok, dilaporkan akan menghentikan semua operasional layanan tersebut di Amerika Serikat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, termasuk Reuters, keputusan ini diambil menyusul ancaman pemblokiran yang secara resmi akan berlaku pada 19 Januari 2024. Situasi ini muncul setelah Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang mengharuskan TikTok untuk divestasi dari ByteDance dalam waktu yang ditentukan.
Sejumlah sumber mengungkapkan bahwa TikTok berencana menutup layanannya di AS pada hari Minggu, bertepatan dengan mulai berlakunya larangan tersebut, kecuali jika terjadi tawaran penangguhan mendadak. Langkah ini menjadi respons terhadap ketidakpastian regulasi yang mengancam keberadaan aplikasi populer ini di pasar Amerika. Meski demikian, pihak Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden Biden tidak memiliki niatan untuk campur tangan dalam masalah ini, dan tidak ada rencana untuk menangguhkan pemblokiran yang telah ditetapkan.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait nasib TikTok dan penggunanya:
-
Menutup Operasional: TikTok berencana untuk menghentikan seluruh layanan di Amerika pada 19 Januari, kecuali ada penangguhan yang tidak terduga. Ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengguna yang sudah mengandalkan platform untuk berbagai aktivitas, termasuk hiburan dan pemasaran.
-
Larangan Unduhan: Mulai 19 Januari, ByteDance tidak akan dapat merilis pembaruan untuk aplikasi TikTok. Masyarakat tidak akan bisa mengunduh aplikasi ini dari toko aplikasi, yang pada akhirnya dapat membuat aplikasi menjadi tidak berguna.
-
Akses Internet Terhenti: Selain pelarangan unduhan, TikTok juga akan kehilangan layanan hosting internet di AS, sehingga aplikasi ini tidak bisa diakses melalui peramban, kecuali pengguna menggunakan VPN.
- Opsi untuk Unduh Data: Setelah pemblokiran, TikTok berencana memberikan opsi kepada penggunanya untuk mengunduh semua data mereka. Hal ini bertujuan agar pengguna dapat menyimpan informasi pribadi mereka sebelum aplikasi secara resmi tidak dapat diakses.
Dalam pernyataannya, beberapa pengguna TikTok mengungkapkan kekecewaannya atas looming decision oleh pengadilan. Seorang pengguna bernama Joonsuk Shin, yang juga seorang manajer penelitian dan pembuat konten di New York, mengungkapkan rasa keputusasaannya dengan menyatakan, "TikTok memberi isyarat bahwa bendera putih itu sangat mengecewakan dan menyedihkan."
Di tengah ketidakpastian ini, beberapa pengguna juga menyerukan boikot terhadap layanan-layanan alternatif, seperti Instagram dan X milik Meta dan Elon Musk, dengan harapan menarik kembali para pengiklan yang biasanya beriklan di TikTok. "Kita semua perlu menghapus akun Facebook, X, dan Instagram pada hari yang sama," ungkap salah seorang pengguna menyuarakan protesnya terhadap situasi ini.
Sebagai tambahan, ada juga usulan untuk memperpanjang batas waktu bagi ByteDance agar dapat mendivestasikan TikTok, namun usulan ini ditentang oleh Senator Republik, Tom Cotton, yang menyebabkan rencana tersebut tidak dapat terealisasi.
Dengan berbagai keputusan dan larangan yang sedang mengemuka, masa depan TikTok di Amerika Serikat menjadi semakin tidak pasti. Langkah selanjutnya dari ByteDance dan kemungkinan intervensi pemerintah akan menentukan bagaimana pengguna TikTok di AS dapat melanjutkan interaksi mereka di platform ini.