BMKG Kembangkan AI untuk Analisis Dampak Banjir Melanda Indonesia

Banjir melanda sejumlah wilayah di Indonesia akibat curah hujan yang ekstrem dalam beberapa minggu terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghadapi tantangan besar dalam memberikan informasi dan peringatan dini. Untuk itu, BMKG kini memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) guna menganalisis cuaca dengan lebih cepat dan akurat, serta memperingatkan masyarakat tentang potensi bencana yang dapat terjadi.

Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Peningkatan frekuensi cuaca ekstrem, seperti hujan deras, membawa risiko ketinggian air sungai yang berpotensi menyebabkan banjir. Selain banjir, perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama dengan munculnya penyakit menular yang terpengaruh oleh perubahan pola cuaca.

Dalam upaya menangani masalah ini, BMKG bekerja sama dengan lembaga Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (Korika). Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan sistem peringatan dini dan respons (Early Warning and Response System – EWARS) dalam konteks bencana alam dan penyakit menular yang dipicu oleh faktor iklim. Menurut data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2021, ditemukan 94.610 kasus malaria di Indonesia, dengan Provinsi Papua menyumbang hampir 90,9 persen dari jumlah total tersebut. Angka ini menunjukkan pentingnya pengembangan sistem yang dapat merespon cepat perubahan iklim yang mempengaruhi kesehatan.

Deputi Infrastruktur BMKG, Dr. Ing. Michael Andreas Purwoadi DEA, mengungkapkan, “Pemanfaatan teknologi AI memungkinkan kita untuk menganalisis data cuaca secara lebih cepat dan akurat, memberikan peringatan dini bagi potensi bencana.” Dengan teknologi ini, BMKG berharap dapat meningkatkan akurasi prediksi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat, sehingga dapat meminimalisir risiko yang ada.

Kerja sama antara BMKG dan Korika dalam memanfaatkan teknologi AI adalah langkah strategis. Menurut Ketua Umum Korika, Profesor Dr. Hammam Riza, aplikasi AI tidak hanya berfungsi sebagai alat, tetapi juga sebagai solusi inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional berbasis data. "AI akan membantu dalam membangun digital twins kesehatan berbasis iklim, yang merupakan aplikasi penting dalam mendukung kebijakan kesehatan publik," jelasnya.

Rencana pengembangan sistem ini sendiri mencakup sejumlah hal, antara lain:

  1. Integrasi Data: Mengembangkan dan mengintegrasikan teknologi AI dengan data meteorologi dan klimatologi guna meningkatkan kemampuan deteksi dini.
  2. Peringatan Dini: Membuat sistem peringatan yang dapat memberikan informasi lebih cepat kepada masyarakat sebelum bencana terjadi.
  3. Analisis Kesehatan: Mengantisipasi potensi penyakit menular yang akan muncul akibat perubahan iklim yang ekstrem.
  4. Edukasi dan Sosialisasi: Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai risiko dan tata cara mitigasi bencana.

Dengan langkah-langkah yang diambil BMKG dan Korika, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim dan bencana alam. Pemanfaatan AI dalam analisis cuaca tidak hanya akan memudahkan penyampaian informasi yang lebih akurat, tetapi juga diharapkan dapat membantu dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia. Melalui teknologi ini, pencegahan bencana diharapkan dapat dilakukan secara lebih efektif, memberikan rasa aman yang lebih pada setiap individu.

Berita Terkait

Back to top button