Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan pentingnya pembatasan akses media sosial bagi anak-anak demi melindungi kesehatan mental dan perkembangan mereka. Dalam sebuah acara di Jakarta, beliau mengungkapkan keprihatinan atas dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan media sosial tanpa batas, termasuk meningkatnya masalah kesehatan mental dan perilaku menyimpang di kalangan anak-anak.
Menurut Budi, fenomena perundungan daring dan paparan konten negatif sering kali berakar dari interaksi yang tidak sehat di platform media sosial. "Kami di Kementerian Kesehatan sangat mendukung untuk pembatasan akses media sosial untuk anak, karena dampak terhadap kesehatan mental sangat nyata," ujar Budi. Hal ini menunjukkan kebutuhan mendesak bagi orang tua dan para pendidik untuk memahami serta mengambil langkah pencegahan yang diperlukan.
Beberapa dampak negatif media sosial pada anak meliputi:
Gangguan Kesehatan Mental: Penelitian menunjukkan bahwa anak yang terpapar media sosial secara berlebihan cenderung mengalami kecemasan, depresi, dan masalah perilaku lainnya.
Keterlambatan Bicara (Speech Delay): Budi menyebut bahwa salah satu efek serius dari penggunaan gadget yang tak terkendali adalah berkurangnya interaksi sosial langsung. Ini dapat mengakibatkan keterlambatan bicara, karena anak lebih banyak berfokus pada layar daripada berkomunikasi dengan teman sebaya.
Menghambat Perkembangan Psikomotorik: Interaksi yang minim dengan lingkungan sekitar akan membatasi kemampuan anak untuk beradaptasi dan mengembangkan keterampilan motorik mereka dengan baik.
- Kurangnya Keterampilan Sosial: Media sosial menggantikan banyak interaksi tatap muka yang penting untuk perkembangan sosial anak. Hal ini dapat membuat anak-anak kesulitan dalam menjalani hubungan sosial yang sehat di kehidupan nyata.
Sebagai tindak lanjut, Menkes Budi mendorong agar orang tua lebih aktif dalam membimbing anak-anak mereka dalam penggunaan teknologi. Beliau merekomendasikan bahwa alokasi waktu untuk interaksi sosial secara nyata, seperti bermain di luar bersama teman-teman, harus lebih diutamakan daripada waktu berselancar di dunia maya.
"Setelah kami lakukan skrining, penyebab keterlambatan bicara pada anak salah satunya adalah kurangnya interaksi sosial. Anak lebih banyak melihat gadget daripada bermain dengan teman-temannya," jelasnya. Oleh karena itu, penting bagi keluarga dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak-anak dengan mengedepankan interaksi sosial.
Dengan adanya upaya pembatasan akses media sosial bagi anak-anak, diharapkan dampak negatif yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Para ahli sepakat bahwa pembatasan ini perlu dilakukan demi memastikan tumbuh kembang anak berjalan optimal, sehingga mereka dapat beradaptasi dengan baik di dunia nyata dan mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk kehidupan di masa depan. Inisiatif ini juga diharapkan menjadi langkah preventif untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan mental yang lebih serius di kalangan anak-anak.