Read

Ahli Ungkap Dampak Hentinya TikTok pada Kejiwaan Warga AS

NEW YORK – Ketika platform media sosial TikTok menghentikan operasinya selama 12 jam pada 18 Januari lalu karena larangan federal, 170 juta pengguna di Amerika Serikat merasakan dampaknya secara langsung. Banyak dari mereka merasa gelisah dan rindu akan kegiatan menggulir video yang tak ada habisnya. Penghentian tersebut menggugah perhatian para ahli, yang menyampaikan kekhawatiran tentang bagaimana larangan permanen terhadap TikTok dapat memicu gejala putus zat pada penggunanya.

Kembali menjabat sebagai presiden, Donald Trump segera menandatangani perintah eksekutif yang menunda penegakan hukum selama 75 hari. Keputusan ini memberikan kesempatan untuk mengnegosiasikan penjualan atau pelarangan TikTok. Namun, ketidakpastian ini memberikan efek domino yang meresahkan, tidak hanya bagi pengguna individu tetapi juga bagi 7 juta bisnis kecil yang memanfaatkan platform untuk mempromosikan produk dan layanan mereka.

Psikiater Stanford, Dr. Anna Lembke, yang mengkhususkan diri dalam pengobatan kecanduan, menjelaskan dampak potensial dari penghentian mendadak TikTok. Menurutnya, pengguna yang telah terbiasa menghabiskan waktu di aplikasi tersebut bisa mengalami "gejala putus obat" jika akses mereka mendadak terputus. Berikut adalah gejala yang dapat muncul akibat putus zat adiktif:

  1. Kecemasan ekstrem: Ketika pengguna tidak bisa mengakses konten yang mereka sukai, perasaan cemas dan gelisah dapat meningkat.
  2. Mudah tersinggung: Pengurangan akses ke aplikasi dapat menimbulkan frustrasi yang berujung pada suasana hati yang mudah berubah.
  3. Insomnia: Kebiasaan menggulir video di malam hari dapat terputus, berpotensi menyebabkan kesulitan tidur.
  4. Depresi: Perasaan kehilangan akan hiburan dari aplikasi dapat membuat pengguna merasa rendah diri dan terasing.
  5. Keinginan kuat untuk kembali: Sensasi rindu yang mendalam untuk kembali mengakses TikTok dapat menghantui pengguna setelah mereka kehilangan akses.

Kondisi ini menunjukkan betapa adiktifnya penggunaan TikTok bagi sebagian besar warganya. Menurut Dr. Lembke, "Orang yang kecanduan TikTok, jika mereka berhenti menggunakannya secara tiba-tiba, dapat mengalami salah satu atau semua gejala ini." Keterikatan emosional pengguna terhadap aplikasi ini menciptakan rasa cemas akan kehilangan, terutama di tengah pergeseran kebijakan dan larangan yang mungkin terjadi di masa depan.

Ketergantungan terhadap aplikasi media sosial seperti TikTok ia juga mencerminkan dinamika modern di mana interaksi sosial dan hiburan sering kali bergantung pada platform digital. Saat larangan TikTok dibahas, bukan hanya dampaknya pada pengguna individu yang perlu menjadi sorotan, tetapi juga implikasi yang lebih luas terhadap ekonomi dan bisnis kecil yang berorientasi pada pemasaran digital.

Dalam konteks ini, pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana penghentian TikTok dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan masyarakat Amerika pun sangat penting. Jika larangan terus berlanjut, dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental pengguna mungkin akan menjadi isu yang lebih besar di depan, menandakan perlunya pendekatan yang lebih humanis dan memahami dampak sosial dari kebijakan pemerintah terkait media sosial.

Bagas Saputra

Bagas Saputra adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Berita Terkait

Back to top button